"bu widya di antar pulang cowok ya?,"
"iya, Dimas namaya,"
"anaknya gimana bu?,"
"baik, sopan dan juga tampan bang,"
"ahh abang kaya polisi aja pake introgasi ibu," Â ucapku kesal
"kana abang berhak tahu kamu dekat dengan siapa, kemana, ngapain aja, kan ayah lagi gak ada jadi abang gantinya ayah,"
"dengerin tuh abangmu widya,"
"iya bang Anton, abangku yang paling tampan karena Cuma punya abang satu-satunya gak ada pilihanya," ledekku
"yasudah jika sudah selesai makan sana istirahat ke kamar boah," ucap bang Anton.
Aku bergegas naik ke lanati dua menuju kamar ternyamanku. Sesampai di kamar aku menulis sedikit catatan di buku harianku
Â