Aku tidak membalasnya  namun yang aku lakukan adalah membuka berandanya. Ketika aku lihat foto  profilnya ternyata dia berparas tampan, bertubuh tinggi dan berkulit putih serta  bermata sipit khas orang mandarin. Namanya adalah Muhammad Dimas Sudirman. Selain itu, dia juga ternyata siswa di SMA Negri 1 kotaagung yang beberapa bulan lagi menjadi sekolahku.Aku mencoba membalas pesan singkat tersebut dan berharap bisa berkenalan dengannya.
 "hai juga"  jawabku singkat,
 ''boleh aku berkenalan denganmu?''  jawabnya.
 '' tentu saja boleh''.jawabku singkat.
 Perkenalan kami terus berjalan hingga aku merasa akrab dengannya di media social.  Aku selalu membayangkan wajah tampannya dan sosok tinngi besarnya yang membuat hati berdebar setiap kali memikirkannya. Perkenalan kami memang terbilang berawal dari dunia maya namun aku berharap bisa bertemu dengannya di dunia nyata.
Sebelum lebih jauh, aku akan memperkenalkan ibuku. Aku dilahirkan dari seorang ibu yang bernama  Leni Paramitha. Ibuku seorang guru di sekolah dasar yang letaknya  tidak jauh dari rumahku. Setiap pagi ibu selalu mengomel karena aku yang susah untuk sarapan .
'' widya  sarapan sudah siang,  nanti  sakit  maghmu kambuh" ucap ibu  dari dapur.
"nanti deh bu,  jam sebelas  aja  kan hari libur'' jawabku santai
''jam sebelas bukan sarapan,  tapi makan siag  widya,'' jawab ibu dengan nada khasnya yang selalu  berusaha mengatur jam makanku agar aku tidak sakit.
Aku telah menyelesaikan pendidikanku di sekolah tingkat pertama yang di tandai dengan berakhirnya ujian nasional kemarin.  setelah itu, aku tinggal menunggu tahun ajaran baru untuk  resmi menjadi siswi di SMA terfavoritku. Kembali lagi kepada Dimas, cowok remaja yang aku kenali di sosial media. Kami rutin melakukan komunikasi via chating selainitu, dia meminta agar aku mengirimkan nomor telponku agar dia mudah berkomunikasi denganku. Aku memang baru mengenalnya, namun ntah hal apa yang membuatku mudah memberikan nomor teleponku kepadanya.
"0858******** kak  itu no telponku" pesanku singkat