Mohon tunggu...
SofialWidad
SofialWidad Mohon Tunggu... Penulis - Latahzan innalloha ma'ana

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin Instagram : _sofialwidad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Di Titik Rata-Rata

29 Maret 2021   12:13 Diperbarui: 30 Maret 2021   08:38 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

SINOPSIS

Manusia boleh berencana, tapi Tuhan-lah yang menentukan.

Kadang-kadang aku terbangun di malam buta dan bertanya-tanya dalam kegelapan, sampai kapan kekosongan ini harus kutanggung.

Apakah selamanya?

Dan kalau memang begitu, selama apakah selamanya itu?

Hidup sekedar menunda kekalahan. Kucegah semua ketidakmungkinan dengan kemungkinan acak yang tak pernah kubayangkan sekalipun karena tangan sang Tuhan yang mengikuti segala alur cerita hidupku. Mengalir dalam kebingungan, menyanyi dalam kepedihan, dan berlari ke segala arah.

Semuanya tentang ingatan, ingatan yang selalu datang ketika tidak dikehendaki. Ingatan yang selalu menjadi rahasia Tuhan kenapa harus selalu datang meskipun hal tersebut telah selesai dan berlalu, ingatan yang tak bosan-bosan menjadi sebuah pembelajaran. Tak bisa kujawab setiap pertanyaan yang datang karena aku sendiri tak tau apa yang sebenarnya terjadi dan apa pembenaran yang harus diberikan. Karena semuanya Tuhan yang miliki andil atas kehidupan.

Buku ini adalah rentang antara kita, jarak yang lama antara kita. Dimana roman buku ini banyak membahas tentang pengulangan sebuah ingatan yang telah terjadi, dan bahkan usaha untuk pergi dari sebuah ingatan yang tak ingin diingat lagi. Penulis berharap buku ini bisa dan layak mengisi waktu luang Anda dan ada hikmah serta pembelajaran yang bisa didapat dari isi pembahasan dalam buku ini.

AKU INGAT CINTA

Aku ingat Cinta, suara hati dan cita – cita, suka hati dan harumnya kasih. Rindu yang menjaga sebuah harapan, mimpi yang menghamilkan masa depan masih belum tau wajahnya seperti apa. menjadi nyata atau hanya sekedar buaian indahnya alam bawah sadar.

Apa kabar kekasih? Masihkah kamu gambarkan rumah dan hiruk – Pikuk yang didalamnya akan ada sorak – sorai gemerlap diri kita dan riang – ria suara anak –anak, atau suara lirihnya doa yang kita amini bersama? Masihkah hal –hal semacam itu kamu gambarkan ataukah sudah kau pupuskan dan kau lupakan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun