"Sudah ngga apa-apa, aku jalan sedikit. Kamu juga mau ya..?"
"Iya boleh."
Aku memesan empat porsi siomay untuk dibungkus. Untukku, Henry, Mama dan papa nanti malam. Semakin banyak aku memesan, akan semakin lama siomay itu siap untuk dibungkus. Haduh.. apa aku perlu memesannya untuk satu RT?! Bagaimana pun aku tetap harus menyampaikan jawabanku pada Henry hari ini.
Sambil berdiri di samping gerobak siomay keliling, sesekali aku memandangi Henry dari jauh. Apa pun resikonya nanti, aku harus bisa menyampaikannya. Aku tidak bisa menundanya lagi.
"Neng, sudah.."
"Oh.. Iya Bang maaf.." si Abang tahu saja kalau aku sedang melamun. Setelah membayar aku kembali menghampiri Henry dengan sekantung plastik merah yang cukup besar dijinjing oleh tangan kananku.
"Tunggu, aku turun dulu buka pager." seraya kaki kiriku melangkah turun lebih dulu menginjak aspal diikuti kaki yang satunya. Hmm.. aku harus sambil pegangan pada pundak Henry. Karena kawasaki ninja ini cukup tinggi bagiku.
Henry memperhatikanku membukakan pagar untuknya. Sehingga dia langsung menerobos masuk ke pekarangan rumahku setelah pagar itu terbuka lebar untuknya. Mama menyambut kehadiran kami dengan raut senyum di wajahnya. Kantung plastik tadi ku bopong sampai ke dalam rumah dan ku biarkan Mama berbasa-basi dengan Henry sejenak.
"Ma.. mama.. Maaf Ma, tolong deh ini...." aku terpaksa memanggil Mama ke dalam untuk menghentikan pembicaraanya dengan Henry dan aku bisa leluasa bicara berdua dengan Henry di teras.
Mama melongok dari depan pintu, terlihat sedikit menggerutu dan pamit ke dalam pada Henry, "Apa Mel..?" seraya berjalan menghampiriku ke meja depan televisi.
Aku telah menyiapkan tiga buah piring kosong dengan sendok untuk siomay kami, yang dua hendak ku bawa ke teras dan yang satu lagi ku sodorkan kepada Mama.