Seusai berfoto bersama, Faris mempersilahkan kami menikmati hidangan di meja tamu. Aku melihat Mba Lidya sedang berdiri seorang diri memegang sebuah gelas di dekat meja tamu. Tampak dia mengenakan pakaian formal yang tidak berbeda jauh dari kesehariannya saat bertandang ke kedai.
"Mba Lidya..!"
Dia pun menoleh dan dengan wajah riang menyapa diriku. "Hai Mel..!"
Lantas aku segera menghampirinya.
Namun Henry yang sejak tadi berada di sampingku mendadak jadi patung beberapa langkah di belakangku. Dia memilih meja tamu yang lain untuk menikmati suguhan malam ini. Tentu Mba Lidya tahu pasti Henry juga ada disini. Pandangan matanya sempat melintas ke arah belakang tubuhku ketika aku menghampiri dirinya tadi. Aku dan Mba Lidya masih bercakap-cakap sambil berdiri. Kami mengomentari pengantin dan dekorasi ruangan malam ini. Lalu Mutia menghampiri kami seorang diri, dia hanya tersenyum malu-malu ketika ku tanyai, "Lho kok sendiri Mut?" Dia pun ikut bergabung dengan aku dan Mba Lidya.
Kami bertiga kompak ingin berfoto selfie, namun kami masih kurang puas karena hasilnya tentu kurang bagus. Ada wajah yang terpotong diantara kami bertiga. Spontan aku memanggil Henry yang terlihat hanya sedang duduk-duduk sambil minum soda.
"Mas, sini! Tolong fotoin.." jarak kami tidak terlalu jauh, hanya empat langkah saja.
Mungkin dia merasa tidak enak jika menolakku, makanya dia langsung bangkit dari kursi itu dan melangkah menghampiri kami. Namun ternyata ponsel yang kami gunakan sedari tadi untuk berfoto adalah ponsel milik Mba Lidya, aku juga tidak ngeh tadi. Dan kini ponsel itu berada di tangan Mba Lidya sendiri masih dalam posisi camera on. Henry sudah terlanjur mendekat pada kami, Mba Lidya spontan menyerahkan ponselnya pada Henry diiringi senyum yang terkesan ragu-ragu, dia menatap wajah Henry.
Ponsel itu telah berpindah tangan, Henry telah menerima ponsel itu tanpa membalas senyum Mba Lidya sedikit pun. Dia fokus pada benda yang ada di tangannya sekarang. Mba Lidya telah kembali ke posisi paling ujung diantara kami bertiga. Henry siap mengambil foto kami. Kami mengganti pose dua kali.
Setelahnya, Henry menghampiri kami dan menyerahkan ponsel tadi kepada pemiliknya.
Mba Lidya mengangguk dan tersenyum lagi pada Henry, "Makasih."