Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gadis Barista (Bagian 6 - 8)

30 Desember 2023   06:53 Diperbarui: 19 Januari 2024   16:44 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Kini aku sudah berada di dalam bus kota. Tampak diluar tidak hujan, tetapi awan masih gelap dan udara masih dingin karena hujan baru berhenti ketika tadi aku bangun dari tidurku. Jalan-jalan juga terlihat masih cukup basah. Aku mendapatkan kursi paling depan hari ini. Wah.. Jarang-jarang aku bisa melihat jalanan terhampar luas sejauh mataku memandang. Lewat kaca tembus pandang yang sangat luas membentang di bagian depan bus kota. Aku duduk sejajar dengan kursi pak sopir, namun di sampingku juga ada seorang bapak yang tampaknya juga sedang memperhatikan jalanan di depan, sama sepertiku.

Jalanan pagi ini masih cukup tersendat namun tiba-tiba bus kami herus berhenti cukup lama di tempatnya. Pak sopir berteriak pada sang kernet, memerintahkannya untuk mengecek ada kejadian apa di depan sana hingga mobil-mobil di depan kami belum ada yang bergerak satu pun sejak tadi, hingga riuh klakson kendaraan mulai terdengar satu demi satu menambah riuh suasana jalanan. Tidak lama, sang kernet pun telah tampak kembali, berjalan cukup cepat menghampiri pintu bus kami.

"Ada apa Lai..?" tanya pak sopir berteriak lagi padanya.

"Motor keserempet, orangnya jatuh di pertigaan situ. Rame orang pada nolong."

Duh.. Aku sangat ngilu mendengarnya. Kasihan sekali pengendara motor yang diserempet itu, meskipun aku tidak melihatnya langsung di depan mataku, semoga saja orang itu bukan sanak saudaraku atau teman yang ku kenal.

Sekali-sekali aku menatapi arloji hitam pada pergelangan tangan kiriku. Waw.. Amazing! Sudah hampir lima belas menit bus kami tetap di posisi yang sama. Pak sopir pun berteriak lagi pada kernetnya.

"Lama amat.. Parah Lai yang celaka?"

"Tadi lagi digotong ke pinggir."

Hmm.. Aku hanya dapat menghela nafas. Mungkin di pertigaan itu tidak ada orang yang mengatur jalannya lalu lintas, sehingga mobil dan motor tidak ada yang mau mengalah satu sama lain. Ah.. Sudahlah.. Lebih baik aku segera menghubungi Mutia, jaga-jaga kalau aku sampai telat tiba di kedai.

Akhirnya kami lolos dari kemacetan ini. Penumpang seisi bus nyaris kompak menoleh ke arah kiri jalan untuk melihat si korban yang terserempet tadi. Terlihat seorang bapak yang mungkin berusia lima puluhan mengenakan jaket kulit hitam sedang meringis kesakitan memegangi kaki kirinya, sepertinya juga ada luka yang cukup besar disitu. Di sekelilingnya tampak beberapa orang yang sedang menolongnya dan membantunya minum dari sebotol air mineral yang dipegangi oleh seorang lelaki muda.

Alhasil, aku pun telat sampai di kedai. Sudah lewat sepuluh menit dari pukul tujuh. Aku berlari kecil ketika sampai di depan pagar ruko. Tidak banyak berpikir lagi, aku langsung menuju pintu depan kedai, aku berniat masuk lewat sana. Aku yakin kuncinya sudah dibuka dari dalam oleh Mutia. Ya, benar. Pintunya tinggal ku dorong ke dalam, lalu terbuka. Dengan setengah ngos-ngosan, aku membalikkan papan stainless open closed kepada bagian yang tertulis open.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun