Henry buru-buru menghabiskan minumannya, dia bergerak dari posisi duduknya, segera berdiri ketika ku beri kode dengan mimik wajahku.
"Eh bareng deh ke parkiran." Mutia mencegat aku yang sedang berancang-ancang hendak berdiri.
"Oh.. Iya, ayo sekarang."
Mutia meraih tas tangan yang diletakkannya di atas meja kemudian melangkah bersama aku dan Henry menuju area parkir. Aku menoleh ke tempat dimana kami meninggalkan Mba Lidya sendirian tadi. Tapi aku tidak berhasil menemukannya. Mungkin dia sudah pulang duluan karena sudah datang sejak tadi, lebih dulu daripada kami. Atau dia enggan pamit karena melihat kami sedang makan bersama Henry.
Hmm.. Entahlah.. Aku berharap Mba Lidya baik-baik saja. Aku jadi urung membahas tentang senyum Mba Lidya yang diacuhkan tadi oleh Henry. Kadang kala tidak ada gunanya berdebat dengan Henry.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H