Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gadis Barista (Bagian 6 - 8)

30 Desember 2023   06:53 Diperbarui: 19 Januari 2024   16:44 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Ingin rasanya aku keluar dari situasi yang menjerat dan membelengguku selama ini. Entah kemana aku bisa berlari? Atau sekedar istirahat sebentar dari peranku ini.

Ah.. Sudahlah.. Aku harus menyeka air mataku sekarang, membersihkan wajahku dan melakukan apapun yang ku inginkan sekarang. Aku menatap penunjuk waktu di kanan atas layar ponselku. Pukul delapan lewat sepuluh menit. Terdengar gemericik air hujan masih menetesi genting-genting di atas sana. Ternyata sedari tadi aku memang betul-betul sibuk dengan pikiranku sendiri hingga tidak tahu pasti kapan hujan mulai turun.

Aku tidak peduli Henry akan menjawabku atau tidak, saat ini aku akan mengirim pesan padanya.

"Kamu sampe rumah jam berapa Mas? Kehujanan ngga?"

Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit, dua puluh menit Henry belum juga membalas pesanku. Apa dia sedang balik menguji kesabaranku? Astaga.. Tidak seharusnya aku berpikiran buruk padanya. Di menit ketiga puluh lima, ponselku berbunyi.

"Aku sampe jam delapan tepat. Maaf ya baru sempat buka hp."

Oh.. Syukurlah.. Henry masih mau bicara padaku. Aku tidak menjawab lagi pesan itu. Aku harap dia bisa segera beristirahat tanpa terganggu oleh siapa pun. Dan aku harus benar-benar belajar mengurangi frekuensiku menghubungi dirinya. Aku ingin dia bisa membuka dirinya dan hatinya lagi untuk orang lain. Mungkin dengan tidak menghubunginya terlalu sering dan mulai menjaga jarak, Henry dapat melupakan diriku perlahan-lahan dengan sendirinya seiring waktu yang masih berjalan.

Kini telah masuk musim hujan, Oktober tinggal beberapa hari lagi akan tiba. Setiap hari aku berhadapan dengan hujan. Pagi, siang, malam.. Sudah satu minggu yang lalu terakhir kali Henry mengantarkanku pulang ke rumah petang itu. Sejak hari itu, dia sama sekali tidak pernah datang ke kedai kami. Dia tidak pernah lagi mengirim pesan padaku, hingga aku pun semakin enggan memulainya lebih dulu.

Satu minggu tanpa melihat batang hidungnya di kedai kami, membuat tim personil kedai kami cukup gaduh, silih berganti mempertanyakan padaku, "Kemana Henry?" bahkan ada yang bertanya, "Sudah putus ya?" Hmm.. Memulai pacaran saja belum pernah, bagaimana kami bisa putus. Terkadang aku penasaran apa dia baik-baik saja. Aku tidak mau bertanya tentang dirinya pada siapa pun.

Namun aku sedikit lega ketika pernah satu kali melihat motornya melintasi samping kedai kami ketika dia hendak pulang dari kantornya, ketika itu aku mendapat jadwal shift siang, maka itu aku dapat melihatnya melintas dari dalam kedai sekitar pukul lima sore lebih.

Ada sedikit rasa sakit melihatnya menunggangi motor itu. Disitu ada kenangan yang mungkin tidak akan pernah terulang kembali. Pertama kalinya Henry mengantarkanku pulang ke rumah, hari-hari ceria bersamanya hingga saat terakhir kalinya dia mengantarkanku pulang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun