Mohon tunggu...
MIRANDA NASUTION
MIRANDA NASUTION Mohon Tunggu... Konsultan - Saya perempuan yang hobi menari. Saya anak ragil dari pasangan Alm. Aswan Nst dan Almh Tati Said. Saya punya impian menjadi orang sukses. Motto hidup saya adalah hargai hidup agar hidup menghargai Anda.

Tamatan FISIP USU Departemen Ilmu Komunikasi tahun 2007, pengalaman sebagai adm di collection suatu bank, dan agen asuransi PT. Asuransi Cigna, Tbk di Medan. Finalis Bintang TV 2011 oleh Youngth's management. Pimpinan Redaksi Cilik tahun 2002-2003 (Tabloid Laskar Smunsa Medan).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Putri Rembulan (Novel Klasik Keluarga)

26 Agustus 2018   16:44 Diperbarui: 3 September 2019   17:01 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Di dalam istana putri Rembulan terkejut mertuanya sudah menunggunya.

      "Anakku tenang. Pasti dia akan kembali. Tidak usah khawatir. Maulana adalah orang yang teguh pendiriannya," lalu melanjutkan kata-katanya,  "Sini sini cucuku. Duuh baiknya tidak mau menangis. Anak perempuan juga harus kuat. Harus bisa membantu kedua orang tuanya."

      Putri Rembulan mengangguk dan menyiapkan minuman untuk mertuanya dan kemudian menemani mertuanya seraya berbincang-bincang. Kemudian mereka berjalan-jalan di taman istana. Bunga-bunga bermekaran. Taman tetap indah. Raja dan Ratu begitu senang bergaul dengan menantunya dan cucu mereka.

                                   

BAB XVI

PUTRI DAN PANGERAN BERLAYAR KEMBALI

         Beberapa hari kemudian, merpati datang membawa surat dari pendekar Andi Maulana. Pada saat itu, putri baru saja membaca Al-Quran. Lantas  putri membaca surat yang disampaikan merpati. "Sudah sampai di tempat yang dituju. Alhamdulillah semua orang  dapat diselamatkan. Ada yang sudah berada di kapal-kapal kecil, ada yang cuma      berpegangan papan. Untung aku datang tepat waktu, istriku. Terima kasih sudah mengizinkanku."

           Pada saat surat sampai dan sudah dibaca oleh sang istri. Pendekar sedang sibuk memberi pertolongan. Semua penumpang pun sudah berada di atas kapal. Keadaan sudah lebih tenang.  Putri Rembulan yang membaca surat bisa membayangkan bagaimana keadaan di laut. Dia terbayang bagaimana pertama sekali memeluk kekasihnya, Andi Maulana.

"Pihak medis harus bekerja dengan seksama. Jika kekurangan bahan makanan, harus segera diberitahukan."

"Tenang kapten bahan makanan dijamin akan cukup sampai kita berada di kota kita kembali."

" Bagus, bagus kalau begitu," pendekar maulana tersenyum dan membayangkan senyuman putri kecilnya. "Tenang sayang ayah pulang."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun