"Tentu saja ibu. Setiap malam aku memimpikan bersama Rembulan. Permata dan Rembulan sehat kan?" Akhirnya ratu harus berbicara yang sebenarnya. Di luar masyarakat mengelu-elukan pangeran, sama seperti ketika baru dari Sunda Kelapa. "Istrimu pergi mencarimu sampai ke negerinya Fatimah. Namun, dia lebih kuat, karena dia yakin dia akan menemukanmu di sana? Mereka berdua  sehat."
    "Apa?"  Mengapa aku tidak menemukannya di sana. Aku memang langsung bergegas pulang. Dia juga tidak memberikan signal dengan cahaya yang dia miliki. Sayang sekali. Dia tidak bersama Husein kan?"  Raja menjawab cepat,  "Tiidak. Rembulan tidak akan ke sana, kalau bukan karena yakin akan menemukanmu di sana. Rembulan sibuk bekerja sebagai perawat orang sakit. Yang dia pikirkan cuma kau , Permata, dan pekerjaannya menolong orang sakit."
    "Kau curiga? Kalau begitu kau bagaimana? Di lautan?" Ratu membela menantunya.
      "Aku tidak sedikitpun dekat dengan wanita," jawab pangeran terkejut dengan pertanyaan ibunya itu. "Kalau begitu percayalah anakku, bahwa putri akan sama setianya denganmu," nasehat ratu kepada pangeran. "Ibu Ratu, aku yakin dengan cinta kami berdua."  Â
                                    """"
          Dalam beberapa hari ini nakhoda banyak belajar agama. Nakhoda juga sudah siap membuka rahasia yang dia simpan pada siti aisyah. Siti Aisyah pun dijumpainya di kediamannya.
         "Siti calon istriku." Siti tersenyum ketika calon suaminya nakhoda  mulai merayu.
         "Aku lihat dari wajahmu. Ada hal penting yang akan kau beritahukan kepadaku.
        "Benar sekali. Ini mengenai putri Rembulan yang baik hati."
        "Tentang dia?" Ada apa dengannya. Siti merasa tidak senang dan cemburu. Lalu dia menahan diri dan membuang jauh-jauh pikiran jeleknya. Pasti ini mengenai hal yang tidak buruk untuknya. Nakhoda di awal cerita memanggilnya dengan sebutan calon istri. Berarti pria di hadapannya memiliki komitmen dengannya.
       "Apa kau mau membantuku untuk meminta maaf kepada putri Rembulan."