Mohon tunggu...
MIRANDA NASUTION
MIRANDA NASUTION Mohon Tunggu... Konsultan - Saya perempuan yang hobi menari. Saya anak ragil dari pasangan Alm. Aswan Nst dan Almh Tati Said. Saya punya impian menjadi orang sukses. Motto hidup saya adalah hargai hidup agar hidup menghargai Anda.

Tamatan FISIP USU Departemen Ilmu Komunikasi tahun 2007, pengalaman sebagai adm di collection suatu bank, dan agen asuransi PT. Asuransi Cigna, Tbk di Medan. Finalis Bintang TV 2011 oleh Youngth's management. Pimpinan Redaksi Cilik tahun 2002-2003 (Tabloid Laskar Smunsa Medan).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Putri Rembulan (Novel Klasik Keluarga)

26 Agustus 2018   16:44 Diperbarui: 3 September 2019   17:01 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

        Beberapa tahun kemudian, pendekar Maulana gelisah tidak menentu.  "Ada apa suamiku? Mengapa kamu gelisah. Ada yang dapat putri bantu?" kata-kata putri penuh pengertian. "Semakin hari pekerjaan semakin banyak. Saya semakin penat. Aku rindu sekali dengan lautan. Bagaimana kalau kita sekeluarga mengarungi lautan." Ekspresi Maulana ragu ragu. Namun, mendapat jawaban tidak terduga dari istrinya. "Pasti itu menyenangkan sekali. Kapan kita berangkat? Bagaimana kalau bulan depan?" putri tahu sekali pangeran harus menenangkan pikirannya yang lelah.  

            Sebulan kemudian perbekalan sudah dilengkapi. Tubuh. Si kecil dan ibunya dipersiapkan dengan matang. Mereka singgah ke pulau yang ramai penduduknya. Mereka tiba di Maluku. Si kecil terus menangis setibanya. Tampaknya tangisan si kecil menandakan kebalikannya, yaitu dia senang dengan pulau ini. Indah sekali tempatnya. Malam harinya si kecil tak mau tidur, dia berlari ke sana ke mari. Dia riang sekali. Orang tuanya pun tersenyum. Orang tuanya bercengkerama dan sesekali bermesraan. Malam semakin dingin , tetapi mereka belum mau masuk ke dalam. Maka putri Rembulan mengendong si kecil. Si kecil merasa nyaman karena tubuh ibunya selalu hangat, karena aura berwarna merah jambu tetap terasa, meskipun tidak sedang memancar, terlebih lagi aura seorang ibu yang begitu kental.

            Selama dua hari mereka di Maluku. Kemudian, mereka bertolak ke Mataram. Putri Rembulan senang sekali bisa berjumpa sang ratu. Ratu cantik sekali , bahkan lebih cantik dari putri Rembulan. Namun, putri Rembulan lebih menakjubkan, karena tubuhnya bercahaya. Karena ketampanan dan kewibawaan pendekar maulana, maka tidak ada yang berani mendekati sang istri.

            Setelah dari bekas majapahit , keluarga maulana mengarungi samudera lagi beserta bala tentara menuju timur tengah. Akan tetapi, sang istri sudah mengingatkan agar mereka pulang saja. Akan tetapi, sang suami bersikeras. Pendekar Maulana ingin sekali mengunjungi saudara Arab mereka. Padahal putri Rembulan sudah mengatakan bahwa suatu saat mereka akan bersua kembali dengan saudara Arab mereka. Mereka seharusnya mencari waktu yang tepat.

            Perjalanan Maluku dan  Majapahit sudah cukup melelahkan dan putri lebih mencintai istana, baik istana Indraloka maupun istana suaminya. Putri sebenarnya ingin mengajak suaminya singgah sebentar di pulau Sumatera, yaitu kemudian mengunjungi ayahanda dan ibunda, yang sudah lama tak dikunjungi.  Namun, syukurlah perjalanan kali ini banyak mendapat pelajaran dan sekalian untuk menjalin kerja sama antar daerah dan pulau.

BAB XVII 

NAKHODA KESEPIAN

        Di tengah perjalanan angin bertiup sangat kencang. Semua orang kucar kacir. Dengan kehebatannya, keluarga selamat, sudah tentu yang pertama sekali diselamatkan adalah Permata dan Rembulan, sedangkan Ratu sudah aman berkat penjagaan raja Makassar. Pendekar Maulana ingin menyelamatkan kapalnya, dia berjuang untuk itu. Keluarga dan beberapa prajurit menyelamatkan diri. Syukurlah angin sudah bersahabat, tetapi pendekar Andi tak kunjung tiba dengan kapalnya.

      Selain pelaut handal, pendekar Andi juga seorang perenang hebat. Sempat hampir karam. Akhirnya bisa kembali ke posisi semula dengan bantuan para tentara/prajurit. Karena kecapaian Mereka pingsan di kapal selama beberapa hari.

            Ketika mereka bangun mereka sudah ditawan oleh pasukan yang dikepalai seorang nakhoda. Nakhoda berbicara, selamat datang di perkumpulan kami.

Pendekar Andi        :"Di mana kami?" kata pendekar Andi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun