"Nakhoda. Ada kapal mendekati," lapor prajurit cepat.
     "Biarkan saja. Mungkin mereka butuh bantuan.
      Nakhoda pun menyambut tamu baru mereka. Ada wanita cantik sepertinya, yang jika dilihat dari wajahnya, sama bangsanya dengan Fatimah.  Â
Tamu              :"Assalamu'alaikum."
Semua              :"Walaikum salam," serentak menjawab pangeran dan prajuritnya.
Tamu              :"Akankah saudara membantu kami?" (Gujarat)
Nakhoda           :"Ya, tentu saja. (Gujarat) Nakhoda terus melihat wanita tersebut. Para tamu disambut dengan baik. Tamu dijamu dengan makanan lezat. Selesai makan wanita cantik tadi mendekati tepi kapal. Nakhoda pun sudah ada di sana.
                                    """"
        Hampir dua tahun pendekar Andi Maulana berlayar bersama nakhoda. Selama itu, pendekar Andi selalu mengirim surat dan balasannya diterimanya dari putri Rembulan. Namun,  surat balasannya dipalsukan nakhoda.  Hanya beberapa saja yang asli, karena selebihnya suratnya tidak pernah disampaikan. Namun, cahaya merah jambu sering terlihat untuk menghibur suaminya yang jauh.
     "Sudahlah Nak. Tidak usah ditangisi lagi. Kabarnya ada yang pernah melihat pasukan Maulana, pasti Andi masih hidup," Ratu Makassar membesarkan hati putri yang berwajah seperti rembulan ini.Â
   "Aku akan menerima tawaran Ahmad Husein. Aku sudah menganggapnya seperti adik," Raja dan Ratu terkejut dengan ucapan putri Rembulan.Â