Raja               :"Kalau begitu maafkanlah kata-kata ayahanda sebelumnya. Ayahanda cuma bercanda. Ayahanda juga tidak mendukung dia terlalu sering berlayar."
Ratu               :"Anakku lamban laun kebiasaanya akan berubah. Dia sangat mencintaimu. Ibu rasa ada sesuatu yang memaksa dia untuk melakukan itu. Mudah-mudahan dia tidak akan lama."
                                    """"
Ratu Indraloka       :"Menantu kita berlayar kembali. Kalau menunggu dia balik, baru mereka berkunjung kemari. Aku sudah sangat rindu dengan putri kita dan cucu kita. Bagaimana kalau kita kembali berkunjung ke sana.
Raja Indraloka       :"Kita akan segera berkunjung ke sana. Aku juga sudah memikirkan pemindahan kepemimpinanku kepada pangeran Naga Buana. Setelah perkara ini selesai kita akan lebih banyak waktu tentunya."
Ratu Indraloka       :"Jangan lupa kakanda, bahwa di awal-awal masa kepemimpinannya pangeran   harus tetap diawasi agar dia bisa melanjutkan kondisi rakyat yang baik ini.
Raja Indraloka       :"Benar sekali kata-katamu adinda, karena ada banyak hal yang harus tetap kuajarkan kepadanya. Hal ini lebih baik lagi diajarkan ketika dia sudah menduduki tempatku."
Ratu Indraloka       :"Rakyat akan senang sekali memiliki raja dan ratu yang baru. Aku merasa rakyat sudah menginginkan ini, setelah pangeran Naga Buana baru menikah dengan putri Delima. Aku merasa kita orang tua yang unik, karena bisa menikahkan anak-anaknya dalam satu waktu."
Raja Indraloka       :"Kala itu aku merasa, Naga Swara belum waktunya menikah. Dia masih terlalu muda. Dia masih berusia dua puluh lima tahun.
Ratu indraloka       :"Mengapa kau berpikir demikian, sementara ada pemuda kita yang sudah menikah sebelum usia itu. Ya, ya aku mengerti karena dia anak kita yang bungsu."
Raja Indraloka       :"Ya, kita harus mengunjungi rumah baru anak kita yang bungsu juga bersama istrinya, Puspamega. Ditambah lagi, puspamega suka sekali bertani. Pasti sawah-sawahnya sudah luas. Mereka merintis sawahnya dari nol."