Setelah dari Rusia mereka melanjutkan ke laut. Selama setahun mereka di laut. Sampailah mereka di samudera atlantik. Kadang kala mereka didera rasa takut, tetapi mereka cepat beradaptasi dengan situasi. Yang paling menakutkan adalah di samudera atlantik. Mungkin mereka terpengaruh dengan cerita mengenai kapal hantu. Akan tetapi, mereka yang berjumlah dua puluh orang, semuanya merasakan rasa takut mereka tidak dibuat-buat. Bulu kuduk mereka berdiri.  Semua gelisah. Nakhoda berusaha menenangkan. Mereka gemetar.
   Nakhoda yang berani saja sebenarnya gemetar. Dia merasa ada sesuatu yang layak untuk ditakuti.  Mereka harus menghormati wilayah tersebut. Nakhoda semakin takut, jika cuaca memburuk, prajurit yang gemetar tidak akan bisa bekerja dengan baik. Nakhoda membuka mulutnya. "Para prajurit pendekar  adalah orang yang beragama. Beberapa prajuritku pun sudah mengikuti jalan Anda. Bagaimana kalau kalian doakan agar ketakutan kita segera lenyap."
     Pendekar Maulana menanggapi dengan serius dan segera mengambil inisiatif agar mereka segera menegakkan sholat tahajud. Mereka memang baru bangun dari tidurnya, karena perasaan takut yang tiba-tiba muncul.  Mereka terbangun  dan langsung berkumpul di aula. Karena sholat tahajud hukumnya sunah muakad, maka mereka sholat sendiri-sendiri, tanpa imam.
      Nah ketika yang lain sholat. Prajurit yang lain pun berdoa. Mereka seamakin tegang. Jendela di aula terbuka. Hembusan angin laut  langsung masuk. Apa yang lewat dan dilewati tampak. Mereka semua tidak berani memandang keluar. Mereka merasakan ada sesuatu yang ganjil sedang melewati mereka. Ada yang berani melihat, yaitu cuma nakhoda. Nakhoda menyaksikan sebuah kapal yang lebih besar dari kapal yang mereka tumpangi, dengan prajurit yang wajahnya hancur melewati mereka.
     Keesokkan harinya,   mereka sudah tenang kembali.  Mereka beraktivitas kembali. Mereka melewati daerah yang banyak sekali ikannya. Mereka pun menjala. Ada yang berenang mengejar ikan.  Ada kura-kura besar berenang. Lucu. Lucu sekali. Mereka melupakan kejadian tadi malam.  Ada yang menurunkan kapal kecil. Lalu kapal tersebut mereka dayung.  Tumbuhan laut pun selalu mempesona untuk diperhatikan. Tumbuhan tersebut bisa menghilangkan kepenatan.Â
     Mereka pun melakukan perdagangan di laut. Nakhoda pun  sudah bertobat sedikit demi sedikit. Di laut tidak sedikit mereka jumpai kapal-kapal tak bertuan dan jika  ada tuannya, adalah orang yang jahat biasanya.  Maka, pangeran dan nakhoda pun berusaha menasehati. Beberapa  kembali di jalan yang benar. Ada juga yang harus bertempur terlebih dahulu karena mau melarikan diri. Pangeran dan Nakhoda pun masih berbincang-bincang, ketika ada kesempatan. Â
      "Aku berharap kau akan menjumpai wanita yang tepat dan bisa tinggal di laut juga. Kau sangat mencintai lautan, mengapa kau tidak membangun rumah di laut?" doa Andi untuk nakhoda yang tak bernama ini.
      "Kau ini ada-ada saja. Aku tidak berpikiran seperti itu."
      " Kau harus memikirkan masa depanmu. Kau  lebih tua dari aku. Aku sudah memiliki istri dan anak."
      " Oh ya siapa nama istrimu yang cantik itu?"
      "Darimana kau tahu dia cantik?"