Di dalam istana putri Rembulan terkejut mertuanya sudah menunggunya.
   "Anakku tenang. Pasti dia akan kembali. Tidak usah khawatir. Maulana adalah orang yang teguh pendiriannya," lalu melanjutkan kata-katanya,  "Sini sini cucuku. Duuh baiknya tidak mau menangis. Anak perempuan juga harus kuat. Harus bisa membantu kedua orang tuanya."
   Putri Rembulan mengangguk dan menyiapkan minuman untuk mertuanya dan kemudian menemani mertuanya seraya berbincang-bincang. Kemudian mereka berjalan-jalan di taman istana. Bunga-bunga bermekaran. Taman tetap indah. Raja dan Ratu begitu senang bergaul dengan menantunya dan cucu mereka.
                 Â
BAB XVI
PUTRI DAN PANGERAN BERLAYAR KEMBALI
     Beberapa hari kemudian, merpati datang membawa surat dari pendekar Andi Maulana. Pada saat itu, putri baru saja membaca Al-Quran. Lantas  putri membaca surat yang disampaikan merpati. "Sudah sampai di tempat yang dituju. Alhamdulillah semua orang  dapat diselamatkan. Ada yang sudah berada di kapal-kapal kecil, ada yang cuma    berpegangan papan. Untung aku datang tepat waktu, istriku. Terima kasih sudah mengizinkanku."
      Pada saat surat sampai dan sudah dibaca oleh sang istri. Pendekar sedang sibuk memberi pertolongan. Semua penumpang pun sudah berada di atas kapal. Keadaan sudah lebih tenang.  Putri Rembulan yang membaca surat bisa membayangkan bagaimana keadaan di laut. Dia terbayang bagaimana pertama sekali memeluk kekasihnya, Andi Maulana.
"Pihak medis harus bekerja dengan seksama. Jika kekurangan bahan makanan, harus segera diberitahukan."
"Tenang kapten bahan makanan dijamin akan cukup sampai kita berada di kota kita kembali."
" Bagus, bagus kalau begitu," pendekar maulana tersenyum dan membayangkan senyuman putri kecilnya. "Tenang sayang ayah pulang."