" Sayang, istriku bangun-bangun. Aku tidak bisa melihatmu begini."
"Iya, jangan khawatir pangeran," langsung siuman dari pingsan karena mendengar suara penuh kasih dari suaminya, pangeran Andi Maulana.
"Tabib akan segera datang untuk memeriksa kondisimu. Berbaringlah di peraduan kita. Aku akan selalu menemani. Aku berharap kabar gembira
akan segera kudengar. Aku rasa aku akan....," pangeran yang sedang memegang bahu sang istri menuju ke peraduan mereka, terkejut dan merasa silau matanya, tetapi tetap kokoh menuntut istrinya.
      Cahaya ini sampai ke seluruh pulau Sumatera dan sampai ke pulau-pulau lainnya, bahkan ke negeri seberang. Ketika Raja dan Ratu Indraloka melihat cahaya itu, mereka langsung senang karena kemungkinan putri Rembulan sudah mengandung seorang anak. Keempat pangeran pun kegirangan. Pada saat itu keempat pangeran sedang berada di depan kedua ibu bapak mereka. Tidak hanya mereka, pangeran Tanjung dan putri Delima juga sedang ada di sana. Mereka mengangguk-angguk, karena mereka juga paham fenomena ini.
      Rakyat pun bersorak sorai. Yang ada di taman menari- nari dan tidak mau ketinggalan untuk menghirup wanginya bunga-bunga di taman. Pangeran Naga Swarna dan Naga Swara beratraksi. Di halaman pangeran Naga Swarna memainkan pedangnya yang juga mengeluarkan cahaya merah jambu. Cahaya itu sampai ke istana putri Rembulan.
Putri Rembulan      :" Terima kasih abangda, Naga swarna. Aku merindukanmu," kata putri
Rembulan seketika setelah terlihat cahaya kilatan pedang abangdanya, meskipun dia sedang di dalam ruangan. Putri bisa melihatnya dengan perasaannya yang peka. Putri pun sampai di peraduan. Â
        "Kau terlihat seperti bidadari yang turun ke bumi."
        "Dan kau Jaka Tarubnya."
        "Tentu tidak, karena cinta kita berbeda. Aku tidak membohongimu. Dan kau tidak akan meninggalkanku." Setelah diperiksa oleh tabib dan  ternyata putri Rembulan memang hamil.