"Putri sudah sakit selama beberapa hari ini. Mungkin dia sedih sekali. Belum juga bertemu pendekar.  Badannya panas sekali. Lalu..." semuanya menangis.
    "Biar aku bisikkan sesuatu. Rembulan sayang, kekasih hatimu masih hidup. Dia sudah sampai di rumah kalian tercinta. Berulang-ulang disebutkan, tetapi tidak ada perkembangan." Nakhoda menangis sejadi-jadinya. Dia merasa bersalah. Siti bertanya, "Mana Permata?"
    "Dia sedang tidur. Dia baru bisa ditenangkan. Kami bilang ibunya hanya tidur biasa." Lantas Siti memberanikan diri untuk membangunkan permata. Siti menghampiri Permata yang sedang dipangku dalam keadaan tidur oleh seorang perempuan paruh baya. Siti membangunkan Permata.Â
    "Permata sayang. Coba bisikkan kepada ibunda bahwa ayahanda masih hidup. Bisa?" Permata mengangguk. Siti mengendong Permata dan membiarkan putri kecil ini membisikkan sesuatu kepada sang ibu.
   "Ayahanda masih hidup. Ayahanda masih hidup, ibu. Ayahanda masih hidup."
   "Per...maaaa...taaa."
   "Alhamdulillah." Semuanya menyeka air mata.
Husein tampak kurang senang dan gelisah.  Husein tahu apa yang dibayangkannya selama ini, mengenai  pernikahannya dengan wanita yang didambanya tidak bisa terlaksana. Husein sudah membayangkan keluarga kecilnya dan dia akan menjadi ayah putri Permata. Namun,  Husein orang yang sportif. Dia tidak pernah mendoakan sesuatu yang buruk terhadap temannya, pangeran Maulana.
                                    """"
      Desas-desus bahwa putri Rembulan sudah meninggal tersebar. Yang lebih parahnya. Desas-desus itu menyatakan bahwa putri dipaksa nikah, dan akhirnya jatuh sakit dan meninggal dunia.  Yang lebih menyedihkan lagi, pendekar Maulana jatuh pingsan. Sejak itu pendekar tidak bangun-bangun lagi. Padahal sebenarnya putri Rembulan sudah sembuh dan sebentar lagi sampai di istana.
Begitu Nakhoda meminta maaf kepada Rembulan dan menceritakan yang sebenarnya terjadi. Rembulan tidak mau berlama-lama lagi. Dia segera bergegas agar segera berjumpa dengan pujaan hatinya. Putri Rembulan sambil menghapus air mata dan memaafkan nakhoda. "Nakhoda Jabbar, aku memaafkanmu dan bertobatlah. Aku tahu situasimu yang memaksamu melakukan ini semua. Aku panggil kau Jabbar agar mulai hari ini, kau selalu melindungi orang yang benar dengan kekuatanmu. Kau juga sudah serius mempelajari agama Islam."