Dan benar, Daniel mulai menjerit ketika sedikit demi sedikit ramuan daun itu meresap ke dalam lukanya. Luka bekas panah itu didapatnya ketika mengejar pasukan musuh yang hendak menyerang ke gubuk-gubuk di pedalaman.
"Pejamkan matamu Daniel! Cobalah untuk tidur! Istirahat sejenak akan mempengaruhi kesembuhan lukamu."
"Hmm! Terima kasih tuan." ucapnya parau.
"Aku akan kembali berjaga-jaga. Cepatlah pulih agar kita dapat bekerjasama lagi!" ucap Matias sebelum beranjak dari dalam tenda itu.
"Tuan Matias!" seru kepala prajurit memanggil dirinya.
"Ya tuan!" Matias bergegas. Berlarian kecil menghampiri pria itu.
"Tampaknya kondisi semakin membaik. Kau juga tahu bahwa banyak pasukan musuh yang telah gugur. Dengan kerjasama yang baik, para prajurit dan pasukan pertahanan telah memukul mundur pasukan musuh yang tersisa. Meski belum seluruhnya, paling tidak jumlah pasukan musuh yang bersembunyi di pedalaman masih dapat diatasi oleh prajurit kami. Jadi... pulanglah! Kembali ke kota bersama pasukan pertahanan lainnya malam ini."
"Anda... Anda sungguh-sungguh tuan?"
"Ya! Kami sangat menghargai bantuan dan kerjasama kalian selama empat tahun ini. Sudah saatnya kalian kembali."
Dua jam kemudian, para pasukan pertahanan yang lainnya sudah berkumpul, mereka begitu terkejut dan menyambut senang ketika Matias mengumumkan bahwa malam ini juga mereka akan dikirim kembali ke kota. Daniel yang belum lama bangun dari tidurnya, langsung tertawa bahagia ketika mendengarnya. Hingga dia melupakan pedih luka di lengan kirinya.
Mereka semakin tak sabar menunggu malam tiba.