"Apa? Dimana lukanya?"
"Itu, yang kau pegang. Lengan kiriku."
Martha langsung mengangkat tangannya dari lengan itu, "Benarkah?"
Sebelah tangan Daniel mengangkat sedikit kaus berlengan pendek yang dikenakannya saat itu. Lelaki itu menunjukkan lukanya pada Martha.
"Apakah masih terasa sakit, Daniel? Atau... pedih? Bagaimana rasanya?"
"Ini sudah hampir kering, Martha. Kemarin seorang prajurit mengobatinya dengan ramuan dari daun-daunan. Dan kau tahu? Aku menjerit saat dia meletakkan potongan daun basah itu di luka ku."
"Ah.. pasti rasanya sangat perih."
"Tentu! Aku dapat merasakan sari-sari daun itu meresap cepat ke dalam luka ini. Lalu prajurit itu menyuruhku untuk tidur. Setelah bangun, lenganku terasa lebih ringan digerakkan. Prajurit itu benar, daunnya bekerja dengan sempurna."
"Eh? Apa kakakku juga terluka?"
"Tentu! Matias juga sempat terluka. Tapi sekarang, dia sudah baik-baik saja. Dia mendapat luka di punggungnya. Itu terjadi saat tahun kedua peperangan. Mereka juga mengobatinya dengan dedaunan."
"Wah.. Dedaunan itu sangat hebat, Daniel! Harusnya kau memetik untuk dibawa pulang!"