Aku tidak mau lagi menjadi korban keberingasan Abbas.Â
Aku khawatir dampak buat Fara, walau usianya terbilang masih sangat kecil untuk memahaminya.
"Tolong paham, Bu, saya sudah mulai lelah", tiba-tiba tangisanku pecah begitu saja.Â
Astaga, aku tidak mau Bu Bram tahu. Dia pasti ngamuk kalau tahu aku jadi samsak Abbas.
Bu Bram langsung memelukku, dan menenangkanku.
"Kamu bahagia, Maya?", tanyanya ketika tangisku mereda.Â
"Bahagia, Bu", kataku pelan, agak ragu dengan perkataanku sendiri.
"Kalau kamu bersikeras, baiklah. Ambil cuti dulu selama enam bulan, setelah itu kalau kamu tetap bersikeras keluar dari pekerjaan, saya akan acc".Â
Perkataan Bu Bram benar-benar membuatku menangis sesunggukkan.Â
Semoga ini menjadi awal yang indah buat aku dan Abbas. Keberingasan Abbas tidak lagi muncul.
Mungkin awal mula keberingasan Abbas karena kemarahannya tertahan aku masih memilih untuk tetap bekerja.