"Tanyakan pada Abbas, Mba Maya, mengapa menangis?", Kak Puspa sepertinya ingin menggali lebih dalam.Â
Aku rasa aku tidak mau bertanya lagi, sepertinya Abbas menyesali perbuatannya karena sudah melukai keluarga kecilnya. Tapi, aku penasaran juga, maka aku mengikuti instruksi Kak Puspa.
"Mengapa kamu selalu membuatku hancur?! Kenapa kamu pisahin aku sama Rika?", disitu Abbas melolong, jawaban yang tidak aku sangka-sangka.Â
Tidak ini aku pasti mengkhayal. Abbas, Rika? Tidak mungkin, ini pasti khayalan.
"Kumpulkan jiwa-jiwa. Kembali ke alam sadar", suara Kak Puspa seperti menarikku ke alam sadar. "Buka mata pelan-pelan ketika sudah hadir kembali ke sini".
Aku pun membuka mataku perlahan-lahan. Kurasakan pipiku begitu basah, aku pasti menangis deras tadi.
Pikiranku masih terngiang, Abbas, Rika?
"Kak Puspa, ada apa sebenarnya?", aku menanyakan kembali, aku sama sekali tidak memahami apa yang kulihat tadi.
"Mba Maya, mungkin bisa cari tahu sendiri, tapi ini sudah ada panduannya. Rika, teman kantornya Mba Maya, benci sama Mba Maya. Dia mengguna-guna Abbas, suami Mba Maya. Jadinya, karakternya Abbas gampang berubah, walaupun ga ada trigger-nya dari Mba Maya. Itu tergantung dari kapan Rika menutup matanya. Dan, sepertinya Abbas pernah punya hubungan sama Rika, dan dia belum sepenuhnya terima hubungannya sudah putus atau bisa jadi ga bisa bersama. Bisa jadi Mba Maya pelariannya dia, tapi dia ga sadar itu", jelas Kak Puspa.
"Tapi Abbas dan Rika belum pernah ketemu, Kak", aku masih mencerna apa yang aku lihat dan penjelasan Kak Puspa.
"Coba diselidiki dulu saja, May", tiba-tiba Kak Carissa, yang juga berada diruangan itu berbicara. "Kita coba kemungkinan itu, kalau ternyata tidak benar, ya sudah, Â proses saja perceraiannya, supaya ga menimbulkan bahaya buat anak-anak".