"Pernah bertanya sama Abbas, mengapa dia bisa tiba-tiba ngamuk seperti itu?"
"Pernah", tiba-tiba dadaku serasa sesak, mengingat malam itu, malam dimana aku baru mengetahui kepribadian Abbas yang sebenarnya.
"Apa katanya?"
"Aku istri ga tahu diuntung, terlalu menyusahkan, sejak menikah, usaha keluarganya bangkrut, aku istri pembawa sial", aku tidak lagi bisa menahan isakanku, kejadian malam itu serasa langsung terlihat lagi didepan mataku lagi.
*
"Kenapa kamu ga ceraikan saja aku?", teriakku kepada Abbas, mengapa Abbas percaya hal takhayul seperti itu. Banyak perusahaan yang bangkrut karena pandemi, mengapa hanya aku yang disalahkan?!
"Berani ngelawan kamu!!!" pertama kalinya Abbas menamparku dengan tangannya yang kekar. Telingaku langsung sakit berdenging.
Ku kira dia akan diam, namun dia langsung menjanggut rambutku dan menendang samping kepalaku dengan dengkulnya beberapa kali, sepertinya dia melihat kepalaku seperti samsak taek won do.Â
Aku hanya bisa berteriak sekali memanggil namanya, kepalaku serasa berputar dan sakit sekali. Aku memegang kedua tangannya yang menjanggut rambutku, supaya segera melepaskannya.
Tiba-tiba dia berhenti, dan memaksaku menatap matanya.
"Sakit?? Hah?! Masih berani melawan?", ku lihat wajah Abbas begitu beringas, dan matanya merah! Bola matanya merah semua, sangat menakutkan!