"Ga akan kemana-mana sampai kamu benar-benar jatuh", tiba-tiba ucapan itu mengalir begitu saja dari mulutku.
"Wah, bahaya ini orang", kata Kak Puspa, yang kemudian dalam theta-ku, aku merasa ada energi lebih.
"Rika ditarik ke bawah, Mba Maya", kali ini nada instruksi Kak Puspa sangat tegas.
"Terus tarik ke bawah, sekuat tenaga. Bayangkan ada tali yang membantumu, tarik sekencang mungkin". Aku mengikuti seluruh instruksinya, dan tenagaku seperti mau habis menarik Rika ke bawah.Â
"Bayangkan ada pintu dibawah, masukkan Rika ke bawah, Mba Maya".
"Kak Puspa, berat sekali, saya ga kuat", dalam theta-ku sulit sekali menarik Rika ke bawah. Abbas ikut terseret ke bawah, aku benar-benar tidak tega melihat Abbas ikut tertarik ke bawah bersama Rika.
"Saya bantu, Mba Maya. Terus tarik ke bawah, Mba, tarik terus, dan langsung tutup pintu dibawah kalau sudah ke bawah".
Aku menarik Rika terus ke bawah. Dia tertawa terbahak-bahak, kemudian ada energi lebih yang membuat dia terjembap, tertarik ke bawah sendirian sambil berteriak melolong, terdengar menakutkan, sekaligus memilukan.
"Kak... Abbas nangis, Kak", kulihat Abbas menangis sesunggukkan. Tapi tidak paham apa yang dia tangisi.
"Mba Maya, kasihan dengan Abbas?", tanya Kak Puspa.
"Iya, Kak. Yang nonjok itu bukan dia, dia sedang membela dirinya", rasa benciku tiba-tiba sirna saat melihat Abbas menangis sesunggukkan.