"Papaa..", Fara memanggil Abbas. Walaupun usianya baru satu tahun, tapi Fara sudah bisa lancar bicara, aku hanya berharap dia masih terlalu kecil untuk memahami semua ini.Â
"Papa bawa mama ke rumah sakit ya, Fara sama Mba Nem dulu ya..", masih ku dengar Abbas bicara. "Mba Nem..."
*
"Jadi perangai suamimu bisa berubah sewaktu-waktu?", tanya Kak Carissa saat aku sudah kembali tenang.
"Iya, kalau sudah melihat darah, biasanya dia akan berhenti. Tapi kalau dia merasakan sedikit saja keteganganku, dia akan kembali menjadi buas".Â
Tiga tahun sudah, namun aku masih dibuat bingung dengan sikap Abbas.
"Baru ketahuan setelah berapa tahun menikah, Maya?"
"Satu tahun, Kak. Setelah pernikahan kami setahun, ga lama pandemi, usaha keluarganya bangkrut. Tapi kalau dari pengaruh keluarganya, rasanya ga mungkin, Kak, karena mereka sendiri ga ada yang nyalahin saya."
Dua tahun sudah Kak Carissa tidak mencatat apa yang aku sampaikan, karena selalu berulang. Namun aku sangat perlu menuangkan segala emosiku. Aku tidak paham harus kemana lagi harus berbagi cerita.
"Maya, jujur saja ini sudah tiga tahun terjadi, dan kita sudah pernah membawa Abbas konseling, tapi masih ga ada perbaikan. Sebenarnya aku ada curiga ini berhubungan dengan masalah spiritual.."
"Maksud, Kak Carissa?"