Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Berselimut Guna-Guna

10 September 2024   04:18 Diperbarui: 10 September 2024   07:19 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bu Bram sudah seperti orang tuaku sendiri. Beliau lah yang membiayai seluruh pendidikan kuliahku dan memberikan dukungan penuh untuk semua hal yang berhubungan dengan pertumbuhan akademisku.

Dukungannya tidak hanya dibidang akademis, tapi juga karierku. Belum lagi kebaikannya pada kedua adikku.

Tentu aku tidak bisa mendebat keputusannya, aku berutang budi padanya.

Namun aku berat sekali menerima keputusan Bu Bram, karena aku dan Abbas sudah sepakat kalau aku cukup menjadi ibu rumah tangga saja.

"Tapi, Bu, kami sudah sepakat...", aku masih berusaha bernego dengannya.

"Ngobrol lagi sama Abbas, Maya. Saya ga mau kamu resign dari sini, enak dia bilang begitu, memang dia bisa benar-benar hidupin keluarga. Segala keputusan saja masih atas acc mama dan kakak sulungnya. Inget, Maya, kamu harus paham hidup itu butuh uang, bukan makan cinta. Saya udah pengalaman berkeluarga, jangan terbuai dengan kata hayuk susah bareng. Ga gitu konsep nemenin dari nol", oceh Bu Bram. 

"Tapi, Bu, kami sudah sepakat. Paling nanti saya akan usaha dari rumah, sekarang kan udah banyak yang seperti itu", aku masih berusaha membujuknya.

Bu Bram langsung menatapku dengan tajam, sembari menarik napas, tanda menahan amarah.

"Jangan bodoh jadi perempuan, Maya. Ya sudah, kalau kamu mau bekerja dari rumah, silakan. Tapi engga ada resign, ya.", Bu Bram berkata seolah-olah memberikan solusi.

"Saya ga enak lho, Bu, sama teman-teman, nanti mereka bilang apa?", kataku yang memang merasa tidak enak hati pada teman-teman kerjaku diperlakukan berbeda dengan yang lain.

"Ini perusahaan saya, dan saya yang memberi wewenang kamu bekerja dari rumah", kata Bu Bram keras.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun