Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aik...", kataku sambil mengulurkan tanganku.

"Dina...", kata kawan Restu tanpa menyambut uluran tanganku, tapi kedua telapak tangannya disatukan di depan dadanya sambil sedikit membungkuk. Seperti punggawa kerajaan kasih salam kepada atasannya, cuma yang ini pakai senyum.

Lekas kutarik uluran tanganku dengan agak malu. Aku tak begitu faham tentang hukum agama, tapi sangat menghormati mereka yang kuat pegang prinsip ajaran. Entah kenapa aku tak tau, salut saja bawaannya.

"Boleh duduk di sini ?" ijinku sambil menunjuk kursi di depanku yang posisinya masih menempel dengan meja. Meski digeser sedikit ke belakang sebelum diduduki.

Restu dan Dina hampir bersamaan mempersilahkanku dengan kode tangannya masing-masing, lalu saling pandang dan saling senyum. Aku segera menarik kursi pelan-pelan agar tak menimbulkan suara gaduh, lalu duduk. Posisi kami sekarang seperti seorang boss yang sedang memberi arahan kepada dua karyawatinya, atau seorang terdakwa yang sedang diinterogasi oleh dua orang polwan.

Kami terdiam sejenak. Aku sendiri masih lumayan lelah, jadi lagi buntu kreativitas otakku, malas disuruh berfikir.

"Ehem...!" dehem Dina, memecah suasana. Disenggol lengannya kemudian sama Restu pakai sikutnya sambil tersenyum malu.

Kulirik buku-buku yang ada di depan mereka berdua, sebagian besarnya kumpulan jurnal penelitian bidang peternakan. Persis di depan Dina, ada buku tak begitu tebal dengan cover yang aku familier sekali. Tiba-tiba saja muncul ide di kepala untuk membuka percakapan.

"Dina ternyata suka juga ya baca novel thriller...?" tanyaku.

"Eh, iya Ik... Kamu suka juga ?" jawab Dina agak terkejut, tak menduga bakal kutanya.

"Enggak..., aku heran aja ".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun