Lucky Luke adalah komik favoritku, cerita koboi yang menembak lebih cepat dari bayangannya sendiri itu biasa kupakai buat mengendorkan syaraf otakku pasca ujian di kampus. Beberapa kali Restu kuajak ke persewaan buku untuk meminjamnya lalu ikut-ikutan mbaca.
"Seandainya iya, terus kamu gimana ?"
"Eh, kok gitu ! Jadi bener nih ?!" balasnya agak sewot kedengeran nadanya.
"Seandainya non..., se - an - dai - nya", jelasku.
Maksudnya biar dia bertanggung jawab atas pertanyaan spontan yang nadanya terlalu optimis dengan prediksi tebakan jawabannya. Memang benar, jawabanku pastinya adalah : nggak, tapi sengaja kuputar balik dulu biar asyik.
"Seandainya benar kamu justru kehilangan kebebasan, aku..."
"Kamu mau melanjutkan komitmen sampai tuntas betul ? Masih ada sisa waktu dua hari lho..."
"Yah..., kan aku udah bilang tadi kalau aku nyerah...", katanya dengan nada sedih.
"Yo wis..., wis... (Ya sudah.., sudah...), jadi udah batal ya perjanjiannya..."
"Iyo (iya) mas, aku nggak tahan pengin cerita sesuatu".
"Ya kamu yang ke sini, aku kan nyampai jam 10 ntar baru bisa pulang..."
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176