Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa lagi kalau bukan Yuna yang ngajarin. Kawan satu ini tak pernah mau berlama-lama di kampus, dia lebih suka habiskan waktu di luar kampus. Nah, supaya dia juga lekas familier dengan wajah penghuni kampus sefakultas ini, ya tongkrongan seperti ini aja caranya. Awal mulanya gegara sering kena ledek kawan2 mainnya ketika dikenalkan mahasiswa sefakultas di sebuah mall dan dia baru mengenalnya saat itu juga. Buat dia yang gemar berkawan, itu sangat memalukan.

Ada 2 lokasi nongkrong yang paling efektif untuk itu, satu di pos parkir dan satunya lagi ya di sini ini, di pintu masuk Dekanat. Tapi aku nongkrong bukan dalam rangka itu, aku menunggu motorku yang dipinjem Yuna sedari awal kuliah tadi. Dia bolos kuliah jam pertama, alasannya kata dia pokok penting banget, tak bisa dijelaskan saat itu juga. Dan sampai sekarang, Yuna belum juga kelihatan batang hidungnya, padahal aku butuh ke perpustakaan universitas buat ngembaliin buku dan meminjam lagi yang lainnya.

Posisi perpustakaan dengan kampus fakultasku tak terlalu jauh sebetulnya, bisa ditempuh dengan jalan kaki. Tapi kakiku rasanya masih pegel-pegel akibat acara Diksar kemarin. Sedang rute jalan kaki menuju perpus medannya naik-turun, menyeberangi jalan raya sekali lanjut melewati dua halaman gedung, yaitu gedung Rektorat dan gedung Lemlit (Lembaga Penelitian).

"Ngapain Ik kamu sendirian di sini ?" sapa Andi, pacarnya Novi, kawan seangkatan se-jurusan.

"Nunggu Yuna, motorku disilih kawit mou rung (motorku dipinjem sedari tadi belum) balik-balik", jawabku.

"Lha emang selak arep nang ndi awakmu (lha emangnya keburu mau ke mana dirimu) ? Arep bareng po (mau nebeng apa) ?"

"Arep nang perpus (mau ke perpus), lha awakmu dewekan po...(lha dirimu sendirian apa...) ?"

Andi mengangguk.

"Novi mana ?"

"Lagi bimbingan UP (Usulan Penelitian) sama Pak Sapta".

"Terus kamu mau ke arah mana ?"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun