Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laku Dewa Ruci si Lucky Luke

Kupandangi patung di tengah taman di depan kamar hotel itu agak lama, diantara beberapa patung mulai yang di depan gerbang depan, inilah yang paling berkesan. Patung tokoh pewayangan Bima yang berdiri dengan gagahnya memegang kepala ular, tangan kirinya menahan rahang atas sedang yang kanan menahan rahang bawah. Sementara badan hingga ekor si ular melilit tubuhnya dari kaki hingga dada. Aksyen Bima seperti ini sangat familier bagiku sedari kecil, menggambarkan adegan perkelahian Bima dengan seekor ular dalam lakon pewayangan berjudul Dewa Ruci.

Kubilang paling berkesan karena selalu mengingatkanku pada nasehat-nasehat Bapak kala masih kuliah dulu. Menuntutku untuk bersikap tegas ambil keputusan mengakhiri hubunganku dengan Restu.

"Elingono lakon ndewo rucine Bimo (ingatlah perjalanan Bima dalam lakon Dewa Rucinya) !" kata Bapak dulu.

"Sing pundi (yang mana) Pak ?" tanyaku berpura-pura tak mengerti.

"Dalam menuntut ilmu, kamu harus patuh pada guru. Selain itu, kamu harus bisa melawan dirimu sendiri dari keinginan-keinginan yang melenakanmu dari fokus belajar. Ular yang diperangi Bima hingga akhirnya tahkluk dan berubah jadi kalung yang melingkar di lehernya itu adalah lambang godaan dari dalam dirimu sendiri, yang sering menuntunmu menuruti kesenangan-kesenangan yang melencengkanmu dari fokus belajar".

"Contohnya Pak ?"

"Ya termasuk kerja sampinganmu itu, ndak perlu itu ! Kamu kalau sudah kenal uang, lama-lama bakalan malas belajar".

"Nggak kok, asal bisa mbagi waktu ndak masalah ! Buktinya di transkrip nilai bisa bisa dapet nilai A", protesku.

"Iya ada yang A, tapi ada CD dan D juga. Terus yang E dulu itu sudah kamu ulang ?!"

"Ya, kalau itu kan sampun takjelaske (sudah takjelasin) dulu karena faktor dosen pengajarnya yang terlalu killer (istilah buat buat dosen yang takkenal kompromi) Pak..."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun