Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kulirik jam di dinding kamar, jarum pendek ada di angka 6 dan jarum panjangnya ada di angka 1. Terkesiap aku dalam duduk, masih di atas kasur. Kutatap wajah Ano yang penuh peluh, badannya basah berkeringat tanpa baju, cuma celana kolor pendek yang masih melekat. Dengan gampang kutariklah kesimpulan kalau Ano baru pulang main basket. Ano memang gemar berolahraga, basket adalah favoritnya sejak SMP.

"Mandi sana kau lah, gantian nanti. Biarlah keringatku kering dulu", katanya kemudian dengan logat Palembangnya. Aku takmenjawab. Kusambar handuk basahku yang masih tergeletak di atas meja dan kulemparkan ke arahnya.

"Beh! sudah mandi kau rupanya. Tumben kau tidur sore habis mandi?!" katanya.

"Sudah sana kau mandi, habis itu jalan kita beli makan di bundaran", kataku menirukan logat Palembangnya. Aku lalu beranjak meninggalkan Ano menuju ruang tengah. Aku teringat pada roti pemberian Restu melalui Ica yang tadi kugeletakkan di situ. Dan seperti kuduga, hilang sudah isi roti - tinggal kardusnya.

"Dasar buaya buntung ususnya!", kataku agak keras pada empat kawan kost yang duduk-duduk di situ menonton televisi. Tak ada yang bergeming, malahan mengalihkan pembicaraan.

Begitulah tradisi di kost baruku, sekali ada makanan di ruang tengah hukumnya adalah halal untuk dihabiskan, dan pemiliknya haram untuk menanyakan. Jangan sekali-kali meninggalkan makanan di ruang tengah jika belum betul-betul ikhlas untuk tidak kebagian. Ano yang menyusulku hanya menepuk-nepuk pundakku dari belakang sambil tertawa-tawa, lewat begitu saja menuju kamar mandi.

Jam 7.30 malam Ano baru nongol lagi ke kamarku bermaksud menagih janji cari makan yang tadi kuucapkan, sedang aku masih membaca catatan materi yang besok hendak diujikan sambil tiduran telungkup di kasur.

"Jadi kita jalan ik?" katanya sambil menghampiri komputer di meja kamar. Diraihnya mousepad di depan layar dan digerakkanya untuk mengganti daftar lagu winamp yang sedang mengalun. Terhentilah lagu Semua Tak Sama milik Padi yang dari tadi kudengarkan, berganti dengan lagu-lagunya Kids Rock idolanya.

"Masih ngambeg kau roti dihabisin anak-anak?" tanya Ano lagi karena aku taksegera menjawab pertanyaan pertamanya.

"Aku lagi nyicil ngapalin No'. Apa tadi? Kau nanya apa?" balasku malah bertanya balik.

"Ah, kau ini Ik. Tadi kau suruh pula aku mandi cepat-cepat...", celetuknya. Barulah aku teringat janjiku mengajaknya mencari makan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun