Akhirnya aku menjalani kehidupan remaja ku seperti sedia kala. Namun, aku masih penasaran dan ingin mecoba ritual itu kembali. Karena, dengan ritual itu aku mampu berteleportasi ruang dan waktu dalam waktu yang singkat. Mungkin saja, aku bisa berpetualang ke luar negeri dengan hemat tanpa harus mengeluarkan biaya menaiki pesawat, he-he-he.
(22 November 1965, Solo, Jawa Tengah)
"Boleh ya, rokok ini saya bawa," ucap Aidit pada salah seorang prajurit yang berhasil menangkapnya.
"Bawa saja rokok itu, nanti biar kau rokok-an dengan Gatot Subroto," balas si prajurit.
Para tentara prajurit itu memperlihatkan Aidit sebuah sumur tua yang berada di batalyon 444.
"Tahu kamu artinya apa seorang Menko? Seorang Wakil Ketua MPR Sementara kemari? Apa ini sumur? Untuk apa?" tanya Aidit.
"Saya mengerti pak, dan kalau bapak mau tahu sumur ini untuk apa? Ini buat bapak. Bapak tahu bukan kalau Pak Yani juga dimasukan sumur seperti ini?" tegas Yasir.
"Jangan tergesa-gesa, saya mau pidato dulu," ucap Aidit.
Aidit pun mulai berpidato dan pada akhir pidatonya ia berteriak "Hidup PKI!"
Seruan itu berhasil membuat Yasir naik pitam dan menembaknya ditempat begitu saja.Â
Jasad Aidit dimasukkan kedalam sumur tua, persis seperti pahlawan yang gugur dimasukkan kedalam lubang buaya. Di atas jasadnya itu para prajurit mulai menimbun batang pisang, kayu kering dan lainnya, lalu membakarnya begitu saja.
The End?