Mohon tunggu...
Anggita Zahra_XMIPA5
Anggita Zahra_XMIPA5 Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Pelajar SMA jones yang mencari kebahagiaan lewat ruang imaginasi. Hidup tanpa halusinasi bagai malam tanpa bintang, dapat dijalani namun samasekali tidak berkesan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

G30SPKI dalam Satu Cerpen

7 Januari 2024   16:03 Diperbarui: 7 Januari 2024   16:06 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku segera melepas seragam tentaraku dan berjalan ke arah pedesaan terdekat. Namun di tengah jalan aku malah bertemu dengan seorang gadis kecil dari desa yang kakinya terluka seperti terkena gigitan hewan liar. 

"Hey apa kau baik baik saja?" tanyaku. 

Ia menangis karena kesakitan. Aku ingin membantunya tapi apa yang kumiliki saat ini? Saat ku hendak mencari sesuatu di sabuk celanaku tiba-tiba saja aku merasakan sebuah benda padat yang mengganjal di sana. Saat ku meraihnya rupanya itu adalah keris semerah darah yang ku dapat di dalam mimpi.

Aku tertegun bukan main. Apa artinya semua ini? Jangan bilang semua hal yang kulalui itu nyata. Aku terdiam dan segera menaruh keris itu kembali ke sabuk celanaku. Untuk saat ini aku perlu fokus menangani bocah ini terlebih dahulu. Lalu kucoba koreh kembali saku celana dan untungnya masih ada sisa gulungan perban yang bisa digunakan untuk mengobatinya. Ku segera melilitkan perban itu pada kakinya dan mengikat tiap ujungnya dengan rapi.

"Te... terima kasih, Kak," ucapnya. 

"Iya tak masalah aku rasa, ngomong ngomong kenapa kau bisa ada di sini?" tanyaku padanya. 

"Aku sebenarnya sedang mencari anjing peliharaanku di hutan ini tapi aku malah diserang oleh anjing liar," jawabnya. 

"Tempat ini seharusnya tidak boleh dilewati sembarang orang. Memangnya orang tuamu tidak melarangmu?" tanyaku lagi. 

"Ehe-Ehe," ia malah tertawa cengengesan. 

Sepertinya anak ini cukup nakal. 

"Aku rasa kau perlu kembali ke desamu," kataku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun