"Rupanya benar apa kata orang, kamu benar-benar masih hidup. Padahal sewaktu dahulu kamu pernah tertembak di bagian kepala oleh orang Jepang. Syukurlah," ucapnya seraya tersenyum.
"Iya begitulah," jawabku.
"Kamu ini sudah dicari-cari oleh banyak orang. Untunglah kamu baik-baik saja," tambahnya.
"Iya, ngomong-ngomong tanggal berapakah sekarang ini?" tanyaku.Â
"Oh sekarang tanggal 28 September, memangnya kenapa?" tanyanya balik.Â
"Berdasarkan isu yang beredar saya rasa kamu perlu berjaga jaga mulai malam ini," ucapku.Â
"Pasti yang kamu maksudkan itu golongan kiri itu kan?" ucapnya dengan wajah serius dan aku pun mengangguk.Â
"Iya saya mohon agar kamu tetap berhati hati," jelasku.Â
"Baiklah saya mengerti," jawabnya.Â
Setelah mengatakan hal itu aku segera pamit undur diri dari rumah Haris. Untuk sekarang aku perlu memastikan jika Harus terbangun sebelum pukul 03.00 pagi, agar ia memiliki waktu untuk kabur namun apa yang harus kulakukan? Aku kebingungan dan duduk di jalanan.Â
Ku lihat sekelilingku, inilah keadaan Jakarta saat penjajah Belanda maupun Jepang telah tiada. Semuanya terasa berubah. Ku ingin bersantai sejenak dengan sedikit meluruskan kakiku.