(1943)
Hingga suatu hari, pasukan Jepang akhirnya datang ke desa. Mereka mengumumkan penawaran untuk bergabung menjadi pekerja sukarela. Beberapa dari warga desa ada yang memilih untuk bergabung. Aku sendiri ikut bergabung dalam pasukan (PETA) bersama beberapa pemuda lainnya. Ujian tes yang kudapati rupanya tak jauh berbeda dari pelatihan tentara Belanda sebelumnya.Â
Setelah beberapa hari bergabung akhirnya aku diperintahkan untuk dipindahkan ke Prembun Kebumen dan disinilah akhir dari ceritaku di desa ini.Â
"Aduh sing lancar sadaya di sananya, nuhun pisan salami ieu geus bantuan Bapak," ucapnya kepadaku.
"Iya Pak, saya juga mau berterima kasih pada, Bapak. Semoga kita dipertemukan lagi, maaf ya Pak jika aku merepotkan Bapak," balasku.Â
Ia memelukku dan menepuk-nepuk punggung ku. Setelah berpamitan aku pun pergi menuju Prembun bersama prajurit pribumi lainnya.Â
Sesampainya di Prembun aku ditempatkan di salah satu asrama Renseitai yang ada di sana. Dan di tempat itulah untuk yang ketiga kalinya aku bertemu dengan Yani.Â
"Loh, kamu kan Andra?" serunya padaku dengan mata terbelalak.Â
"Iya lama tidak bertemu," balasku.Â
"Astaga..., untunglah kamu selamat di hari itu," ucapnya.Â
Disaat itulah tiba-tiba saja dua orang temannya menghampiri kami.Â