"Ini siapa, Yani?" tanya salah satu dari mereka.Â
"Ini teman lama saya, Andra namanya," jelasnya pada temannya itu.Â
"Kalo kamu teman Yani, maka kamu teman saya juga, nama saya Sarwo Edhie, biasa dipanggil Edi," ucap salah seorang dari mereka yang bernama Edi.
"Kalau saya Raden Mas, biasa dipanggil Mas," tambah salah seorang lainnya.
Di sanalah pendidikan militerku di mulai bersama ketiga temanku itu. Di sana, kami mendapat pelatihan fisik dan latihan yang bersifat akademik. Mengetik dengan mesin tik salah satunya.Â
Demi melancarkan keterampilannya di mesin tik, kami bahkan sampai kursus mengetik di sanggar ARTI yang ada di Purworejo. Dari sanalah kami berkenalan dengan Yayuk Ruliyah Sutodiwiryo, seorang wanita cantik berdarah Sumatera yang berprofesi sebagai guru mesin tik.
Yani seringkali membicarakan wanita itu kala kami tengah berbincang di asrama.
"Kau ini tidak ada bosan bosannya membicarakan Yayuk," ucap Edi.Â
"Ya mau bagaimana lagi rasanya semua pikiranku hanya ada dia seorang," balas Yani.Â
"Haha dasar kau ini, sedang dimabuk asmara ya!" Seru Mas sembari tertawa diikuti oleh kami bertiga.
Namun rupanya saat itu Yani dan Yayuk telah bertunangan. Yani sering kali mengendarai sepedanya hanya untuk menemui kekasihnya itu. Padahal Jarak Prembun ke Purworejo sekitar 25 km. Tapi menurut Yani jarak adalah tembok besar yang harus dituntaskan sesegera mungkin.Â