Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yono: Rekaman Kesalahan Seorang Presiden

6 Oktober 2024   08:37 Diperbarui: 6 Oktober 2024   08:37 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/fbcanada 

Sinopsis

Dalam cerita ini, Presiden Yono berada di puncak kekuasaan, memimpin Indonesia dengan segudang ambisi besar. Namun, di balik megahnya pembangunan dan janji-janji manis untuk kemajuan bangsa, tersembunyi skandal dan kegagalan yang mengancam fondasi negara. Andi, seorang Direktur Lembaga Riset Lanskap Politik Indonesia, dengan berani mengungkap empat kesalahan besar yang telah dibuat oleh Yono selama masa pemerintahannya.

Andi menuding Yono telah merusak sistem demokrasi dengan memperalat legislatif, lembaga peradilan, dan aparatur penegak hukum untuk mempertahankan kekuasaannya, bahkan menciptakan skenario dinasti politik yang kontroversial. Proyek-proyek besar yang dibanggakan pemerintah seringkali hanya menguntungkan segelintir daerah, sementara kawasan-kawasan terpencil semakin terabaikan dan tertinggal. Kesenjangan ekonomi dan sosial semakin melebar, menciptakan perpecahan yang tak terlihat di mata rakyat yang lebih beruntung.

Penegakan hukum yang semakin melemah dan merebaknya korupsi menjadi sorotan tajam dalam novel ini. Dengan dukungan politisi korup dan penegak hukum yang sudah tak lagi bersih, era Yono diselimuti oleh kasus-kasus suap dan kecurangan yang mengguncang kepercayaan publik. Andi dan sekelompok analis politik lainnya dari Universitas Nasional menyoroti bagaimana korupsi merajalela, sementara Yono seakan-akan menutup mata terhadap masalah ini.

Puncaknya, meningkatnya utang negara secara signifikan menjadi warisan terberat dari masa pemerintahan Yono. Beban ini tidak hanya menghantui generasi yang hidup di bawah pemerintahannya, tetapi juga menjadi ancaman bagi generasi mendatang yang harus membayar harga dari kebijakan-kebijakan yang salah.

Lewat narasi yang tajam dan penuh intrik, "Yono: Rekaman Kesalahan Seorang Presiden" menggambarkan perjalanan politik seorang pemimpin yang terjebak dalam permainan kekuasaan dan kesalahan besar yang membawa bangsa ke titik kritis.

Bab 1: Awal yang Megah

Pagi itu, gedung istana tampak berkilau di bawah sinar matahari yang baru terbit. Presiden Yono berdiri di balkon kantornya, memandangi halaman istana yang dipenuhi oleh barisan pasukan upacara. Dengan dada membusung, ia merasakan kebanggaan yang tak terlukiskan. Pembangunan yang ia gagas---tol laut, kereta cepat, jembatan-jembatan penghubung antarpulau---semuanya mengisi halaman-halaman utama koran hari itu. Seolah-olah, Yono adalah pemimpin yang membawa Indonesia ke dalam era baru kejayaan.

Namun, di tengah tepuk tangan yang terus berdentam dari segala penjuru, tak ada yang mendengar gemuruh kegelisahan yang mulai membara di dalam batin rakyatnya. Bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar, program-program Yono tampak seperti mukjizat. Tapi di pelosok negeri, suara-suara yang tak terdengar di pusat kekuasaan mulai memuncak. Proyek-proyek besar yang selama ini dicanangkan seakan melupakan mereka yang tinggal di ujung terjauh dari pusat pemerintahan.

Di ruang rapat kecil di sudut gedung Lembaga Riset Lanskap Politik Indonesia, Andi, seorang analis politik yang terkenal tajam, memandangi layar laptopnya dengan kerutan di dahi. Laporan terbaru yang baru saja ia terima menyatakan hal yang jelas: ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan Yono kian membesar. Lembaga legislatif dan peradilan yang seharusnya menjaga keseimbangan kekuasaan justru kini tampak seperti boneka di tangan presiden. Aparat penegak hukum yang dahulu menjadi harapan rakyat untuk menjaga keadilan, kini mulai terlihat melayani kekuasaan, bukan rakyat.

Andi menyandarkan tubuhnya di kursi, pandangannya beralih ke dinding kaca di belakangnya. Dari lantai atas gedung tempat kantornya berada, ia bisa melihat hiruk-pikuk ibu kota. Namun, pikirannya melayang jauh ke luar sana---ke pelosok desa yang dilupakan, ke jalan-jalan yang tidak pernah terjamah pembangunan. "Apa artinya semua kemegahan ini jika hanya menciptakan kesenjangan yang lebih dalam?" gumamnya dalam hati.

Di sisi lain, Presiden Yono tidak menyadari gelombang ketidakpuasan yang mulai menggerus popularitasnya. Bagi Yono, segala keputusan yang diambilnya selama ini adalah bagian dari visi besar: mengubah Indonesia menjadi kekuatan ekonomi baru di Asia Tenggara. Ia sering berkata dalam pidato-pidatonya, "Kita harus berpikir besar, bertindak besar, dan tidak gentar dengan tantangan." Tapi apa yang sering ia abaikan adalah bisikan-bisikan kecil yang datang dari rakyat kecil, yang setiap hari semakin lantang.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun