Setelah beberapa jam mempersiapkan, laporan pun siap untuk dirilis. Andi menghubungi berbagai media independen, memastikan mereka akan segera meliput berita tersebut. Ia tahu ini adalah langkah berisiko, tetapi mereka tidak bisa mundur. Mereka harus memperjuangkan keadilan dan transparansi.
Kembali di gedung parlemen, sidang semakin mendekati puncaknya. Para anggota dewan tampak gelisah, menunggu hasil akhir dari mosi tidak percaya. Di antara semua keributan, Yono berdiri di podium, bersiap untuk memberikan pembelaan terakhirnya.
"Saudara-saudara," ia memulai, suaranya penuh percaya diri. "Saya datang ke sini tidak hanya sebagai presiden, tetapi sebagai seorang pemimpin yang peduli akan masa depan negara ini. Kami telah mengambil langkah-langkah yang sulit namun perlu untuk mengatasi korupsi, membangun sistem yang lebih transparan, dan memperbaiki perekonomian."
Yono melanjutkan, "Sistem yang telah ada selama ini telah merugikan banyak orang, dan jika kita tidak mau mengubahnya sekarang, maka siapa yang akan melakukannya? Saya meminta kepada Anda semua untuk berpikir bukan hanya tentang kepentingan pribadi, tetapi untuk rakyat Indonesia yang berharap dan mempercayai kita."
Di tengah suasana yang tegang, tiba-tiba pintu ruang sidang terbuka lebar. Seorang jurnalis berlari masuk, membawa kabar terbaru. Semua perhatian kini tertuju kepadanya.
"Maaf, saya datang terlambat! Ada berita penting dari Lembaga Riset Lanskap Politik Indonesia!" teriaknya, membuat semua orang di dalam ruangan terdiam.
Semua anggota dewan saling pandang, penasaran dengan informasi apa yang akan dibawa. Jurnalis itu melanjutkan, "Mereka baru saja merilis laporan investigasi terbaru yang mengungkap berbagai skandal korupsi yang melibatkan banyak pejabat di pemerintahan!"
Kecemasan menyelimuti ruangan. Rendra langsung memusatkan perhatian pada jurnalis itu, berusaha memahami dampak dari berita tersebut. "Apa isi laporannya?" tanyanya, menahan rasa takut.
"Laporan tersebut mencakup berbagai bukti kuat tentang keterlibatan pejabat tinggi dalam skandal korupsi, termasuk skandal yang melibatkan Rendra dan beberapa anggota dewan!" jawab jurnalis tersebut dengan tegas.
Sorakan mulai pecah di dalam ruang sidang. Beberapa anggota dewan tampak gelisah, mencoba menutupi wajah mereka. Rendra berusaha tetap tenang, tetapi hatinya bergetar. Ia tahu bahwa informasi ini bisa menghancurkan reputasinya dan mendukung posisi Yono.
Sementara itu, Andi dan timnya mengikuti perkembangan di ruang sidang melalui televisi. Mereka melihat kekacauan yang terjadi setelah laporan mereka dirilis. Rina tidak bisa menyembunyikan senyum puas di wajahnya.