Bab 10: Puncak Konfrontasi
Hujan terus mengguyur Jakarta saat malam tiba, menambah nuansa kelam yang menyelimuti gedung parlemen dan istana negara. Di luar, protes semakin memanas. Ribuan demonstran berdesakan di jalan, menyerukan satu tuntutan: pengunduran diri Presiden Yono. Media meliput aksi itu dari segala penjuru, memperlihatkan gambaran Indonesia yang tengah dilanda krisis politik.
Di dalam gedung parlemen, para anggota dewan bersiap untuk sidang yang sangat menentukan. Mosi tidak percaya terhadap Presiden Yono akan segera dibahas. Rendra dan kelompoknya telah menggalang dukungan dari berbagai fraksi untuk menggulingkan Yono. Bagi mereka, ini adalah momen puncak, kesempatan untuk mengakhiri kekuasaan Yono yang dianggap terlalu berisiko bagi kepentingan mereka.
Namun, di ruang rapat istana, Yono sedang melakukan pertemuan tertutup dengan tim penasihat terdekatnya. Di hadapannya, berdiri Wahyudi dan beberapa staf senior yang setia mendukung visi reformasinya. Mata Yono menyapu seluruh ruangan, menyadari bahwa ini mungkin adalah salah satu pertemuan terpenting dalam masa pemerintahannya.
"Kita tidak punya banyak waktu lagi," ujar Wahyudi dengan nada mendesak. "Jika mosi tidak percaya disahkan malam ini, pemerintahan Bapak akan resmi jatuh. Dukungan di parlemen sangat tipis, dan banyak yang sudah berpaling."
Yono terdiam, memikirkan setiap langkah yang telah ia ambil. Semua keputusan yang dibuatnya selama masa pemerintahan, meski penuh kontroversi, diambil untuk satu tujuan: membawa perubahan nyata dan memutus lingkaran korupsi yang telah lama membelit negeri ini.
"Kita tidak bisa menyerah begitu saja," jawab Yono tegas. "Reformasi ini lebih besar daripada saya pribadi. Jika saya jatuh, mereka yang ingin mempertahankan status quo akan kembali berkuasa, dan kita akan kembali ke titik nol."
Wahyudi mengangguk, memahami tekad Yono. Namun, ia juga tahu bahwa realitas politik tidak semudah itu. "Tapi, Pak, kita harus realistis. Rendra dan kelompoknya sudah menguasai opini publik. Media besar berada di pihak mereka, dan tekanan dari luar juga semakin kuat. Kita perlu rencana untuk bertahan."
Yono menatap lurus ke arah Wahyudi, dan kemudian ke arah para stafnya yang lain. "Aku sudah memikirkan hal ini. Jika mereka ingin menjatuhkanku, mereka harus melakukannya dengan cara yang benar. Tapi sebelum itu terjadi, aku akan mengungkapkan semuanya kepada rakyat."
Di tempat lain, Andi dan timnya terus mengamati perkembangan situasi dari kantor Lembaga Riset Lanskap Politik Indonesia. Mereka tahu, malam ini adalah titik krusial. Laporan investigatif mereka, yang berisi bukti-bukti skandal korupsi dan kolusi di pemerintahan, sudah siap untuk dirilis.
"Kita benar-benar akan merilisnya sekarang?" tanya Rina, masih dengan nada penuh kecemasan. "Ini bisa menjadi pukulan terakhir untuk Yono."