Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yono: Rekaman Kesalahan Seorang Presiden

6 Oktober 2024   08:37 Diperbarui: 6 Oktober 2024   08:37 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab 7: Tekanan dari Dalam

Di dalam istana, Yono duduk di ruang kerjanya yang megah, namun atmosfernya tidak seindah tampilan luar. Pidato besar telah berlalu, dan reformasi awal sudah diumumkan, tetapi badai politik yang bergejolak mulai merayap lebih dekat. Saat ini, Yono tidak hanya menghadapi tekanan dari rakyat yang meragukan niat baiknya, tetapi juga dari lingkaran dalam pemerintahannya sendiri.

Telepon di mejanya berdering. Yono segera mengangkatnya, mendengar suara Sekretaris Kabinet, Hanafi, yang terdengar cemas.

"Pak, kita punya masalah besar. Beberapa menteri dan pejabat tinggi mulai tidak puas dengan keputusan Bapak untuk merombak lembaga penegak hukum. Mereka merasa posisi mereka terancam."

Yono menghela napas panjang. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Langkahnya untuk memperkuat KPK dan melakukan reformasi hukum pasti akan menyentuh banyak kepentingan, terutama dari mereka yang selama ini menikmati keuntungan dari sistem yang korup. "Siapa saja yang menentang?" tanyanya.

"Beberapa menteri senior, terutama yang punya hubungan dengan kelompok bisnis besar. Mereka khawatir jika KPK mulai menyelidiki lebih dalam, nama-nama mereka bisa ikut terseret," jawab Hanafi.

Yono terdiam. Ia tahu bahwa banyak pejabat dalam pemerintahannya memiliki hubungan dekat dengan para taipan dan elit ekonomi yang selama ini mengontrol sebagian besar kekayaan negara. Ini adalah masalah besar---jika ia terus menekan reformasi, ia akan kehilangan dukungan dari orang-orang kuat di sekelilingnya. Tapi jika ia mundur, ia akan kehilangan kepercayaan rakyat.

Sambil berpikir, Yono menatap foto keluarganya yang terpajang di atas meja. Dalam foto itu, ia terlihat tersenyum bersama istri dan anak-anaknya. Foto itu mengingatkannya akan alasan awal ia terjun ke dunia politik---untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Namun, di tengah semua kekacauan ini, impian tersebut terasa semakin jauh.

Sementara itu, di luar istana, Andi sedang menyusun laporan terbaru tentang perkembangan politik pasca-reformasi. Bersama timnya, ia terus memantau respon masyarakat dan efek dari langkah-langkah yang diambil oleh pemerintahan Yono.

Rina, yang baru saja kembali dari wawancara dengan beberapa pejabat pemerintah, masuk ke ruangan Andi sambil membawa beberapa catatan penting.

"Andi, ada yang perlu kamu tahu," katanya. "Beberapa sumber dalam pemerintahan bilang kalau ada gerakan di belakang layar untuk menjatuhkan Yono. Para menteri yang merasa terancam sedang berusaha membangun koalisi untuk melawan reformasi ini."

Andi meletakkan pena yang sedang dipegangnya. "Maksudmu, mereka ingin menggagalkan seluruh reformasi hukum ini?"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun