Sementara itu, di kediaman Andi, ia bersama timnya sedang menyusun laporan investigatif yang mengungkap berbagai dugaan praktik korupsi yang terjadi di balik layar, terutama di kalangan pejabat tinggi dan pengusaha besar. Laporan ini, jika diterbitkan, bisa menjadi bom waktu yang mengguncang tatanan kekuasaan.
"Kita sudah punya cukup bukti untuk mengungkap jaringan korupsi yang melibatkan banyak tokoh penting," ujar Andi, sambil meneliti dokumen-dokumen yang berserakan di mejanya. "Jika kita rilis laporan ini, publik akan tahu siapa yang sebenarnya bermain di balik layar."
Rina, yang duduk di sampingnya, tampak cemas. "Tapi, Andi, ini bukan perkara kecil. Nama-nama yang kita sebutkan di sini adalah mereka yang sangat berkuasa. Apa kita siap menghadapi konsekuensinya?"
Andi menghela napas. Ia tahu resikonya besar, tapi ini adalah satu-satunya cara untuk mengungkap kebusukan yang telah merajalela. "Kita tidak bisa mundur, Rina. Jika kita diam saja, korupsi akan terus terjadi, dan reformasi Yono akan mati begitu saja."
Rina mengangguk, meskipun kecemasan tetap menyelimuti hatinya. Ia paham bahwa apa yang mereka lakukan bisa berujung pada ancaman bagi keselamatan mereka, namun ia juga tahu bahwa kebenaran harus diungkap.
"Lalu, kapan kita akan merilis laporan ini?" tanya Rina.
Andi berpikir sejenak. "Kita tunggu momen yang tepat. Saat ini, kita harus pastikan semua bukti dan sumber kita aman. Ketika publik sudah benar-benar mulai meragukan para penguasa ini, kita akan menyalakan api."
Di istana, Yono merasakan tekanan semakin besar. Meskipun reformasi hukum dan perombakan sudah diumumkan, ia tahu bahwa ada perlawanan kuat dari pihak-pihak yang merasa terancam. Setiap hari, laporan yang masuk ke mejanya menunjukkan berbagai tekanan dari dalam kabinet, dari partai politik, dan dari kelompok bisnis yang selama ini menikmati keuntungan dari sistem yang korup.
Penasihat politiknya, Wahyudi, mendekat dengan ekspresi serius. "Pak, saya baru saja mendapatkan informasi bahwa beberapa menteri mulai menggalang dukungan untuk menggulingkan Bapak."
Yono menatap Wahyudi dengan tajam. "Gulingkan? Apa maksudmu?"
Wahyudi menjelaskan bahwa ada gerakan di belakang layar yang sedang berlangsung. Para menteri yang merasa posisinya terancam mulai bersekongkol untuk menjatuhkan Yono, baik melalui krisis politik atau dengan cara menciptakan situasi yang tidak stabil, sehingga pemerintahan Yono tampak lemah di mata publik.