Rina mengangguk setuju, meskipun hatinya masih diliputi kegelisahan. Mereka sudah bekerja selama berbulan-bulan untuk menggali korupsi yang terjadi di pemerintahan dan memetakan para aktor yang terlibat. Namun, mereka juga tahu bahwa sekali laporan ini keluar, mereka tidak bisa lagi mundur.
Di ruang rapat istana, Presiden Yono mengadakan pertemuan tertutup dengan beberapa orang kepercayaannya. Wahyudi, yang selalu mendampingi Yono, membawa laporan singkat dari intelijen mengenai situasi terkini di parlemen.
"Pak, ada perkembangan yang mengkhawatirkan," ujar Wahyudi sambil menyerahkan laporan tersebut kepada Yono. "Rendra dan kelompoknya sudah menggalang kekuatan lebih besar, mereka menambah dukungan dari beberapa fraksi yang awalnya netral."
Yono membaca laporan itu dengan seksama, wajahnya tak menunjukkan banyak ekspresi. Namun, ada satu hal yang membuatnya terus memikirkan langkah selanjutnya. "Lalu, bagaimana dengan dukungan dari rakyat? Apakah protes masih berlanjut?"
Wahyudi mengangguk. "Massa masih turun ke jalan, tapi jumlahnya mulai berkurang sejak pidato Bapak tadi malam. Beberapa kelompok mulai meragukan narasi yang dibangun oleh media dan lawan politik Bapak. Namun, mereka masih menunggu hasil sidang."
Yono tahu bahwa ia sedang berjalan di atas tali yang sangat tipis. Satu langkah salah bisa membuatnya jatuh dan menghancurkan segala upaya yang telah ia bangun selama masa kepemimpinannya. Namun, di balik ketegangan itu, ada tekad yang semakin kuat.
"Aku ingin kau pastikan agar semua bukti reformasi yang telah kita lakukan selama ini tersampaikan ke media. Kita tidak bisa lagi membiarkan media yang dikuasai para pengusaha besar memutarbalikkan fakta," kata Yono dengan nada serius.
Wahyudi mengangguk dan segera memberi instruksi kepada timnya. Mereka akan menggelar konferensi pers darurat untuk menunjukkan langkah-langkah reformasi yang telah diambil pemerintah dalam memberantas korupsi dan memperbaiki sistem hukum.
Sementara itu, di parlemen, suasana semakin panas. Debat sengit terjadi antara anggota dewan yang mendukung mosi tidak percaya dengan mereka yang masih setia mendukung Yono. Rendra berdiri di depan podium, memberikan argumen-argumen tajam yang terus menyerang kebijakan Yono.
"Saudara-saudara sekalian, pemerintahan ini telah gagal menjaga stabilitas ekonomi dan politik negara kita," teriak Rendra penuh emosi. "Utang negara yang terus menumpuk, kebijakan hukum yang represif, dan skandal-skandal korupsi yang merajalela! Apakah kita akan diam dan membiarkan ini berlanjut?"
Sorakan dukungan terdengar dari sebagian besar anggota parlemen. Namun, ada juga yang mulai tampak ragu, terutama setelah pernyataan Yono pada malam sebelumnya. Beberapa anggota dewan terlihat berbisik-bisik di antara mereka, mencoba menilai apakah mosi ini benar-benar langkah yang tepat.