Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yono: Rekaman Kesalahan Seorang Presiden

6 Oktober 2024   08:37 Diperbarui: 6 Oktober 2024   08:37 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/fbcanada 

"Lebih dari itu," jawab Rina serius. "Mereka tidak hanya ingin menghentikan reformasi. Mereka juga mulai membicarakan langkah untuk menyingkirkan Yono. Mereka merasa bahwa jika Presiden terus menekan KPK dan melanjutkan reformasi ini, banyak dari mereka yang akan jatuh."

Andi menyandarkan punggungnya di kursi, mencoba mencerna kabar buruk itu. Situasi yang dihadapi Yono semakin rumit. Di satu sisi, rakyat terus menuntut reformasi dan keadilan, sementara di sisi lain, para elit politik dan bisnis mulai melakukan manuver untuk menjaga kepentingan mereka.

"Kita harus bertindak cepat," ujar Andi. "Jika Yono terjepit oleh tekanan ini, seluruh reformasi yang kita dorong akan hancur."

Di sudut lain Jakarta, Damar bersama kelompok aktivisnya sedang berkumpul di sebuah kafe kecil. Meskipun reformasi awal sudah diumumkan, mereka tidak puas. Damar yakin bahwa langkah-langkah Yono hanya sebatas kosmetik politik, dan korupsi masih akan merajalela di bawah permukaan.

"Kita harus terus bergerak," kata Damar kepada rekan-rekannya. "Kalau kita biarkan, mereka akan kembali pada kebiasaan lama. Yono mungkin sudah mengakui kesalahannya, tapi perubahan sejati tidak akan terjadi tanpa tekanan terus-menerus."

"Setuju, Damar. Tapi, bagaimana kita memastikan tekanan itu tetap ada?" tanya salah satu aktivis.

"Kita perlu strategi baru. Demonstrasi saja tidak cukup. Kita harus menggunakan media, memobilisasi kampanye sosial, dan menarik dukungan internasional untuk menyoroti kebobrokan sistem yang masih ada," jawab Damar dengan semangat. "Kita harus membangun gerakan yang tidak bisa diabaikan oleh siapapun."

Para aktivis di sekitarnya menyetujui ide tersebut. Bagi mereka, ini bukan hanya soal menggulingkan sistem yang korup, tetapi soal membangun Indonesia yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Di ruang kerja Presiden, Yono menerima laporan dari Hanafi mengenai situasi di lapangan. Laporan tersebut memperkuat firasatnya---perlawanan dari dalam pemerintah semakin besar. Beberapa pejabat kunci yang sebelumnya mendukungnya kini mulai berpaling. Bahkan, beberapa anggota partai politik yang dulu setia sekarang diam-diam bersekongkol untuk melawannya.

"Pak, saya khawatir, jika kita tidak segera mengamankan posisi kita, situasinya akan semakin tidak terkendali," kata Hanafi. "Mereka bisa menggunakan skandal atau isu lain untuk menyerang Anda."

Yono menyadari bahwa ia sedang berdiri di persimpangan jalan. Jika ia tetap pada jalur reformasi, ia akan menghadapi perlawanan besar dari dalam, tetapi jika ia menyerah pada tekanan, ia akan kehilangan kepercayaan rakyat yang telah mulai ia bangun kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun