"Saya tahu ada di antara kalian yang telah kehilangan kepercayaan pada saya," ujar Yono, menatap satu per satu wajah di depannya. "Dan saya juga tahu, beberapa dari kalian sudah bersekongkol untuk menjatuhkan saya. Tapi saya di sini bukan untuk berdebat. Saya di sini untuk menyampaikan satu hal: jika kalian merasa bahwa saya tidak layak memimpin, katakan sekarang, dan saya akan mempertimbangkan pengunduran diri."
Ruangan hening. Beberapa menteri tampak gelisah, namun tak seorang pun yang berani mengangkat suara. Yono tahu, meskipun mereka berencana untuk melawannya, mereka tidak mau terlihat terang-terangan di depan publik.
"Namun, jika kalian masih percaya pada visi yang saya bawa untuk membangun Indonesia yang lebih baik, maka kita harus bersama-sama menyelesaikan reformasi ini. Ini bukan tentang saya, ini tentang negara kita. Jika kita gagal, maka yang akan rugi bukan hanya saya, tetapi rakyat."
Rendra, yang menjadi penggerak utama mosi tidak percaya, berdiri. "Pak Presiden, bukan masalah kami tidak percaya pada niat baik Bapak. Tapi kebijakan-kebijakan yang Bapak buat---terutama dalam hal penegakan hukum dan KPK---terlalu ekstrem. Ini membuat banyak pihak merasa terancam, dan kita harus berpikir tentang stabilitas politik dan ekonomi negara."
Yono menatap Rendra, menyadari bahwa inilah saatnya ia harus mengambil sikap yang lebih tegas. "Rendra, stabilitas yang kita bicarakan selama ini hanya melindungi kepentingan segelintir orang. Apakah itu yang kita inginkan untuk negara ini? Jika kita terus membiarkan korupsi merajalela, tidak akan ada stabilitas jangka panjang. Kita hanya akan menunda kehancuran."
Rendra terdiam, merasa tertohok dengan pernyataan Yono. Beberapa menteri lain mulai berpikir ulang tentang posisi mereka.
"Aku sudah membuat keputusan," lanjut Yono. "Aku akan terus melanjutkan reformasi ini, dan aku siap menghadapi konsekuensinya. Jika ada di antara kalian yang tidak setuju, aku tidak akan menahan kalian untuk mundur."
Beberapa menteri tampak gelisah, namun tak seorang pun yang berdiri. Yono merasa sedikit lega, meskipun ia tahu bahwa ancaman dari luar kabinet masih jauh dari selesai.
Di luar gedung parlemen, massa mulai berkumpul. Protes besar-besaran direncanakan untuk hari itu, dengan isu utama menuntut pengunduran diri Yono. Kelompok-kelompok yang menentang reformasi Yono semakin vokal, dan mereka didukung oleh media-media besar yang dimiliki para pengusaha besar.
Namun, di balik layar, Yono telah merancang langkah berikutnya. Ia sadar bahwa pertarungan politik ini bukan hanya soal mosi tidak percaya atau reformasi, tetapi juga tentang siapa yang akan mengendalikan masa depan bangsa. Dan Yono sudah memutuskan, apapun yang terjadi, ia akan bertarung sampai akhir.
Pertarungan ini belum selesai, dan Yono tahu bahwa hari-hari ke depan akan menjadi penentu nasib pemerintahannya.