"Tapi," sambung Wahyudi, "kita juga harus merespon laporan Andi dengan menunjukkan bahwa kita punya solusi untuk masalah-masalah yang dia soroti. Misalnya, kita bisa mengumumkan reformasi penegakan hukum atau perombakan di tubuh lembaga peradilan untuk mengatasi masalah korupsi."
Yono menatap ke arah layar lagi, merenung sejenak. "Ini bukan sekadar tentang membenahi citra. Kita benar-benar berada di titik di mana kita harus berubah. Saya tidak akan membiarkan masa depan pemerintahan ini tergelincir hanya karena kita terlalu sibuk membela diri." Suaranya kini lebih tenang, tapi tegas.
Di luar ruangan rapat, situasi semakin panas. Wartawan-wartawan mulai berkumpul di depan Istana Negara, menunggu pernyataan resmi dari pemerintah. Media sosial penuh dengan tagar yang menuntut transparansi dan akuntabilitas. Bahkan di kalangan pendukung setia Presiden Yono, mulai muncul keraguan. Apakah benar pemerintahan yang mereka dukung telah melakukan kesalahan sebesar itu?
Sementara itu, di dalam sebuah studio berita, Andi sedang bersiap untuk diwawancarai secara langsung oleh stasiun televisi terbesar di negeri itu. Penampilannya yang tenang dan lugas selama presentasi telah membuatnya semakin populer di kalangan masyarakat yang haus akan kejujuran dan keberanian. Di belakang layar, tim produser sibuk menyiapkan segala sesuatunya, memastikan wawancara ini berjalan lancar.
"Andi, bagaimana menurutmu respon dari pihak istana sejauh ini?" tanya seorang reporter saat mereka menunggu siaran dimulai.
Andi tersenyum kecil. "Mereka pasti sedang mencari cara untuk meredam ini. Tapi rakyat sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kita hanya menyoroti fakta yang sudah ada di depan mata mereka."
Wawancara itu berjalan dengan intens. Andi tidak hanya menjawab pertanyaan dengan tenang, tetapi juga memperkuat argumen-argumen yang telah ia sampaikan dalam laporan. Ia menekankan bahwa ini bukan soal menyerang pribadi Yono sebagai presiden, melainkan mempertanyakan kebijakan-kebijakan yang berdampak luas pada masa depan bangsa. Saat wawancara selesai, Andi tahu bahwa angin perubahan mulai bertiup kencang.
Kembali ke Istana, Yono berdiri di jendela kantornya, memandang langit Jakarta yang mulai mendung. Ia tahu bahwa hari-hari ke depan akan menjadi ujian terbesar dalam karier politiknya. Pertanyaan terbesar yang ada di benaknya adalah: Mampukah ia mempertahankan kekuasaannya tanpa menghancurkan kepercayaan yang tersisa dari rakyatnya?
Sementara itu, di balik layar, langkah-langkah perlawanan dari Istana mulai diatur dengan hati-hati. Pernyataan-pernyataan pers, kampanye media, dan perubahan kebijakan mulai dirancang. Badai politik ini baru saja dimulai, dan Yono harus menemukan jalan keluar sebelum segalanya jatuh lebih dalam.
Tetapi satu hal yang jelas---kepercayaan publik telah terguncang. Dan untuk memulihkan itu, tidak ada lagi tempat bagi sekadar janji manis atau retorika belaka.
Bab 4: Gelombang Protes