"Selama masa pemerintahan saya, saya tidak memungkiri bahwa ada banyak hal yang belum kami selesaikan dengan sempurna. Ada kesalahan-kesalahan yang terjadi, baik karena kebijakan yang kurang tepat, maupun karena pelaksanaan yang tidak sesuai dengan harapan. Laporan yang disampaikan oleh Lembaga Riset Lanskap Politik Indonesia---yang dipimpin oleh Saudara Andi---menyoroti beberapa masalah utama dalam pemerintahan ini, dan saya tidak akan menghindar dari kenyataan tersebut."
Di luar sana, massa yang tadinya tegang mulai mengendurkan ketegangan mereka. Mereka tidak menyangka Yono akan secara terbuka mengakui kesalahan. Teriakan dan sorakan mulai mereda, digantikan oleh perhatian penuh pada layar-layar televisi yang menyiarkan pidato tersebut.
Presiden Yono melanjutkan dengan suara yang kini lebih lembut namun tetap penuh kekuatan.
"Pertama, mengenai tuduhan bahwa saya telah melemahkan sistem demokrasi dengan memperalat legislatif, lembaga peradilan, dan aparat penegak hukum. Saya akui, dalam beberapa kesempatan, pemerintahan ini telah mengambil langkah-langkah yang mungkin dianggap berlebihan dalam menjaga stabilitas politik. Namun, saya ingin menegaskan bahwa niat kami adalah untuk menjaga keberlangsungan pemerintahan demi kebaikan rakyat. Jika dalam proses itu ada pihak yang merasa demokrasi kita tercederai, saya mohon maaf dan saya berjanji bahwa kita akan melakukan reformasi yang lebih transparan dan akuntabel dalam waktu dekat."
Kata-kata itu diucapkan dengan penuh kesungguhan, dan di luar sana, masyarakat mulai merasa ada secercah harapan. Yono telah mengakui kesalahannya, sesuatu yang tidak mudah dilakukan oleh seorang pemimpin yang masih berkuasa.
"Selanjutnya, mengenai masalah korupsi yang disebut semakin merajalela di era pemerintahan saya. Saya sadar, ini adalah salah satu isu terbesar yang dihadapi bangsa ini, dan saya menyesal bahwa langkah-langkah kami selama ini belum cukup untuk memberantas korupsi di kalangan aparatur negara. Untuk itu, saya berkomitmen akan merombak lembaga penegak hukum dan memperkuat sistem pengawasan, agar tidak ada lagi pihak yang merasa kebal hukum di negeri ini. Saya juga berjanji untuk tidak melindungi siapapun, bahkan jika orang itu berasal dari lingkaran terdekat saya."
Saat mendengar kata-kata ini, beberapa tokoh politik dan para pejabat mulai merasa tidak nyaman. Janji ini bisa berarti bahwa perubahan besar-besaran akan terjadi di tubuh pemerintahan, dan itu bisa mengancam posisi mereka.
Presiden Yono melanjutkan dengan nada yang lebih tegas, "Mengenai proyek-proyek besar yang dikritik karena tidak memperhatikan daerah-daerah terpencil, saya juga menyadari bahwa ada ketidakseimbangan dalam pembangunan infrastruktur di beberapa wilayah. Kami akan segera mengkaji ulang prioritas pembangunan dan memastikan bahwa setiap daerah di Indonesia, baik di pusat maupun di pelosok, mendapatkan perhatian yang adil. Tidak ada wilayah yang boleh tertinggal dalam pembangunan bangsa ini."
Di luar istana, orang-orang yang selama ini merasa terpinggirkan mulai merasakan bahwa suara mereka akhirnya didengar. Di daerah-daerah terpencil, di desa-desa yang jauh dari pusat pemerintahan, harapan baru mulai tumbuh.
Yono kemudian berbicara tentang utang negara yang membengkak, "Saya juga tidak bisa memungkiri bahwa utang negara kita telah meningkat secara signifikan. Namun, saya meyakini bahwa utang tersebut diambil dengan tujuan mempercepat pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Meskipun begitu, saya memahami kekhawatiran yang muncul di masyarakat. Oleh karena itu, saya berjanji untuk lebih berhati-hati dalam pengelolaan utang ke depannya dan memastikan bahwa setiap rupiah yang kita pinjam akan digunakan dengan bijaksana demi masa depan bangsa."
Yono berhenti sejenak, memandang ke arah kamera dengan tatapan penuh arti.