"Watik, kita
duduk di sini saja!" kata Maria sambil menunjuk bangku dari semen di depannya.
"Jubah Suster
nanti kotor," ujar Watik basa-basi.
"Ah, tempatnya
bersih begini," kata Maria sesudah mengibaskan tangan kanannya pada bangku.
Maria duduk dan
mempersilahkan Watik duduk di sampingnya. Watik menurut saja, dan sekali lagi
sungguh tidak menduga pengalaman itu.
Sebelum
menjalankan rencana yang sudah disusunnya dari biara, Maria mencoba mengenal
Watik lebih jauh.
"Watik kemarin
dari SMA mana?"
"Saya dari SMA di
Jogja ini, Suster. Tapi, bukan lulusan kemarin," kata Watik dengan sopan.
"Bukan dari tahun
kemarin?" sahut Maria ingin tahu persisnya.
"Iya Suster.
Tepatnya, dua tahun yang lalu. Selepas SMA, saya bekerja dua tahun dulu."
"Kok tidak
langsung kuliah?" tanya Maria seraya menduga Watik dari keluarga tidak mampu
sehingga harus mencari biaya dulu untuk kuliah.
"Waktu itu saya
tidak berminat, Suster. Maka biarpun ayah saya memaksa untuk kuliah, saya tetap
tidak mau. Akhirnya saya bekerja, karena saya ingin langsung kerja," jelas
Watik sambil sesekali menoleh ke arah Maria.