"Ah, kamu ini... Silahkan!" kata Maria sambil tersenyum karena melihat
tingkah Watik.
"Suster... mengapa
mau menjadi suster?" tanya Watik dengan pelan dan hati-hati.
"Saya ingin
mengabdi Tuhan," jawab Maria dengan cepat dan mantap. Sebuah rumusan jawaban
yang telah ratusan kali diucapkannya pada setiap orang yang bertanya tentang
motivasinya.
Setelah berpikir
sejenak, Watik secara spontan berkata,
"kalau begitu, saya tidak mengabdi Tuhan?"
Mendengar
pernyataan dan sekaligus pertanyaan itu, Maria terkejut dan tidak langsung bisa
bersuara. Watik tertunduk, menyesali pernyataannya.
"Ya... juga
mengabdi. Tapi.... Tapi... Sudahlah besok saja akan saya jelaskan lagi. Saya butuh
renungan dulu untuk menjelaskan," kata Maria kemudian dengan nada kesal.
"Suster, saya
minta maaf!" kata Watik pelan dengan sepintas lalu memandang wajah Maria yang
tampak muram.
"Tidak. Tidak
apa-apa. Saya hanya belum bisa langsung jawab kok. Makhlum, saya jadi suster
kan belum lama [Akhirnya, buka kartu juga
dia]. Besok, kita omong tentang
itu lagi, ya!" jawab Maria yang berusaha bersuara biasa.
Bel berdering
menyelamatkan kemacetan komunikasi mereka. Mereka melangkah menuju tempat duduk
mereka masing-masing untuk melanjutkan kuliah.
Di dalam kelas,
Maria berpikir, "ternyata bingung juga kalau saya ditanya motivasi panggilanku
menjadi suster. Biasanya kalau ada umat bertanya, lalu saya jawab seperti tadi
dan mereka sudah puas lalu tidak bertanya lagi. Tapi, ini.. si Watik, baru
kenal lagi, malah membuat persoalan. Jadi malu, karena saya tidak langsung bisa
menjawab. Mengapa tadi saya ngobrol dengan Watik? Saya pikir tadi ia anak yang
pendiam dan polos. Ternyata... dasar sedang sial hari ini..."
Karena tidak ada
kuliah lagi, begitu kuliah berakhir Maria langsung buru-buru menyelinap keluar,
ke tempat parkir untuk mengambil sepeda jengki-nya dan mengayuh sepeda itu
sekencang-kencangnya menuju biaranya [Zaman
itu, para suster mengendarai sepeda kayuh. Entahlah di zaman sekarang].
Karena jalan ke biaranya agak menurun dan beraspal hot-mix, sepedanya
melaju dengan amat cepat. Wussss... Kring-kring-kring! Seorang anak kecil yang kebetulan
bermain kelereng di pinggir jalan, lari terbirit-birit ke rumahnya, karena
takut diserempet sepeda yang melesat bagai ditiup angin topan itu.