"Mudah-mudahan,
Suster!" kata Watik yang lalu melanjutkan, "Terus sekarang, Suster kost di mana?"
"Saya tidak kost, tapi tinggal di biara." [Tempat tinggal para suster, biasanya disebut
biara. Makanya ia juga disebut biarawati].
"Aduh.. minta
maaf Suster. Saya membayangkan seperti mahasiswa biasa.." kata Watik yang
sebelumnya menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
"Tidak apa-apa.
Mengapa harus minta maaf. Para suster memang mempunyai biara yang khusus untuk
suster-suster yang sedang belajar. Maka kami tidak perlu mencari kost."
"Yang kuliah
banyak Suster?"
"Maksudnya?"
tanya Maria karena Watik berbicara cepat.
"Maksudnya,
teman-teman, eh.. suster-suster yang kuliah juga banyak?" Watik memilih kata
yang dikiranya tepat.
"O, banyak!" kata
Maria lalu diam sejenak dan melanjutkan, "di biara saya ada sebelas suster yang
sekolah."
"Suster, mengapa
Suster harus sekolah? Kan sudah pandai berdoa?" tanya Watik yang sekilas
teringat pada para suster di Jawa Barat yang mengabdikan diri pada hidup doa.
"Begini, suster
itu kerjanya bukan hanya berdoa, tetapi juga harus melayani orang lain. Lalu,
agar bisa melayani orang lain dengan baik dan mengena-tepat-sasaran, mereka pun
harus belajar banyak seperti orang pada umumnya."
Watik
mengangguk-anggukkan kepala, lalu berujar, "Suster... Suster boleh tanya satu lagi?"