"Dengan laki-laki?" tanya Maria juga
singkat dan langsung tersenyum.
"Ah,
Suster... Itu lagi, itu lagi... Bukan!" jawab Watik dengan tertawa.
"Bagaimana, bagaimana?" tanya
Maria dengan lembut seorang kakak terhadap adiknya. Maria mengeser duduknya
lebih dekat lagi pada Watik.
Kemudian
Watik menceriterakan hubungan persahabatannya dengan Dewi yang memburuk,
sesudah ia berusaha menolong Yuni. Tetapi ia tidak mengatakan isi pertolongan
pada Yuni. Ia masih memegang teguh janjinya pada Yuni.
"Dewi
yang di Farmasi, kan?" tanya Maria sesudah Watik selesai berbicara.
Watik mengangguk dan langsung berkata, "menurut Suster,
bagaimana? Bayangkan sudah hampir setengah tahun, ia sama sekali
menutup diri!"
"Mm.. saya memang kenal Dewi, tapi saya
tidak tahu banyak tentang dia," kata Maria yang tidak menjawab pertanyaan
Watik.
"Saya baru pertama kali menemukan pribadi
yang seperti itu, Suster," kata Watik mengarahkan persoalan.
"Ya, memang itu tidak aneh. Faktor
kepribadian yang dibentuk oleh masa lampau, kan?"
"Sepertinya, ia seorang yang
perfeksionis," kata Maria lagi karena Watik diam.
"Tepat, Suster. Itu juga yang saya
renungkan dari dulu."