Watik memandang Maria dan menunggu
tanggapan.
"OK, hal itu saya paham. Lalu, tadi kamu
mengatakan misteri.. misteri relasi. Di mana misterinya?"
"Misterinya... artinya hal yang sulit
dipahami, adalah... Aduh.. ini hanya
dugaan saya loh... misterinya adalah mengapa relasi saya dengan A, B dan C,
bobotnya tidak sama. Sepertinya, itu sudah di-stel dari sananya, dan
tidak bisa dipaksakan supaya sama. Ini... bagi saya sungguh menjadi misteri, tak
terpahami. Mengapa kenyataannya begitu?"
"Tik... benar katamu. Menurut saya, ini
menurut saya, tidak tahu menurut orang lain, yang kamu katakan itu rasanya
dialami oleh semua orang, entah disadari atau tidak. Sekurang-kurangnya saya
pun mengalaminya. Saya setuju dengan gagasanmu, bahwa kita tidak bisa membangun
relasi dengan setiap orang dengan kualitas yang sama, dan tidak bisa dipaksakan
menjadi sama.'
"Tapi, saya bingung, Suster. Bukankah
kita dianjurkan untuk jujur dan terbuka pada semua orang?" Watik mencari
ketegasan dari gagasan yang sudah yang lahir dari pengalamannya.
"Idealnya memang begitu. Tapi,
kenyataan sehari-hari tidak semudah
anjuran itu. Ada banyak pertimbangan yang membuat kita untuk tidak harus blak-blakan dengan semua orang,
melainkan hanya pada orang tertentu saja. Ada sebuah keadaan yang menuntut kita
bicara secara terbuka dengan orang yang satu,
sedangkan harus menyembunyikan di hadapan orang yang satunya lagi. Tanpa
disuruh, praktis semua orang di dunia pernah mengalami seperti itu. Menurut
saya, tindakan itu tidak salah, sejauh hal itu bukan untuk keuntungan
pribadinya, bukan untuk sebuah kejahatan, melainkan demi kebaikan bersama, atau
setidak-tidaknya untuk meminimalkan akibat buruk dari suatu masalah yang sedang
dihadapi."
"Jadi, jujur pada sesorang dan tidak
jujur pada orang lain lagi dibenarkan, Suster?" tanya Watik meminta ketegasan
lagi.
"Menurut saya, ya... sejauh itu bukan untuk
keuntungan diri pribadi, melainkan demi sebuah kebaikan bersama. Atau lebih
tegasnya itu bukan sebuah tindakan manipulatif untuk mementingkan diri
sendiri," tegas Maria yang mengulang sebagian penjelasan sebelumnya.
Mendengar itu Watik tercenung sejenak,
karena mengingat bahwa hal itu pernah dialaminya dalam kaitannya dengan Yuni.
"Ingat teori tahap-tahap perkembangan
moral dari Kohlberg? Adalah lebih baik kita tidak jujur pada seseorang, apa
bila jujur tetapi akibat buruknya malah lebih parah," lanjut Maria karena Watik
terdiam.
"Tapi tentunya, bukan berarti kita
dianjurkan supaya tidak jujur kan, Suster?" tanya Watik yang menduga bahwa
pernyataan Maria bisa-bisa disalahpahami oleh orang lain yang mendengarnya.